Siapa Tokoh dalam Cerita Berjudul Asal Mula Bukit Catu? Tema 8 Kelas 4 Halaman 28
Kunci jawaban tema 8 kelas 4 halaman 28. Siapa tokoh dalam cerita berjudul Asal Mula Bukit Catu? Apa saja peranan tokoh dalam cerita tersebut?
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Inilah kunci jawaban buku tematik kelas 4 tema 8 halaman 28.
Tema 8 kelas 4 halaman 28 berisi tiga buah soal terkait cerita berjudul "Asal Mula Bukit Catu".
Cerita "Asal Mula Bukit Catu" terdapat pada halaman 26.
Berikut kunci jawaban tema 8 kelas 4 halaman 28 :
Soal :
1. Siapa tokoh dalam cerita berjudul ”Asal Mula Bukit Catu”?
2. Apa saja peranan tokoh dalam cerita tersebut?
3. Apa pesan yang terdapat pada cerita tersebut?
Baca juga: Mengapa Penduduk di Desa dan di Kota Memiliki Mata Pencaharian Berbeda? Tema 8 Kelas 4 Halaman 23 24
Jawaban :
1. Tokoh dalam cerita berjudul "Asal Mula Bukit Catu" adalah suami, istri, dan penduduk desa.
2. Dalam cerita berjudul "Asal Mula Bukit Catu", tokoh suami, istri, dan penduduk desa memiliki peranan sebagai pengemban peristiwa dalam sebuah cerita sehingga peristiwa tersebut mampu terjalin sebagai cerita.
Selain itu, mereka juga berfungsi sebagai pembawa pesan, amanat, moral atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang.
3. Amanat dari cerita berjudul adalah kita harus bersyukur atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh Tuhan.
Kita tidak boleh sombong dan memaksakan kehendak untuk mengikuti keinginan yang tidak dapat kita penuhi.
*) Disclaimer:
- Jawaban di atas hanya digunakan oleh orangtua untuk memandu proses belajar anak.
- Sejumlah soal merupakan pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
Baca juga: Apa Perbedaan saat Mendorong Meja Sendiri dan Berdua? Buku Tema 8 Kelas 4 Halaman 20 21
Bacaan Cerita
Asal Mula Bukit Catu
Di pedalaman Pulau Bali, terdapat sebuah desa yang subur. Di sana, tinggal sepasang suami istri. Mereka bekerja sebagai petani. Menjelang musim panen, Si suami berkata kepada istrinya.
“Jika nanti hasil panen kita melimpah, buatlah tumpeng nasi yang besar. Kemudian, undanglah tetangga untuk makan bersama.” Istrinya pun setuju.
Kedua suami istri itupun berharap panen mereka melimpah. Tak lama kemudian, harapan mereka terkabul.
Si Istri menyiapkan tumpeng nasi dan mengundang seluruh penduduk desa untuk makan bersama.
Menjelang musim panen berikutnya, Si suami berkata lagi kepada istrinya “Semoga panen kita lebih banyak lagi, kalau bisa tiga kali lipat dari sebelumnya.
Jika harapanku terkabul, buatkanlah tiga tumpeng nasi yang lebih besar dari sebelumnya.”
Kemudian, Si Istri membuat tiga tumpeng dan mengundang seluruh penduduk desa untuk berpesta kembali.
Beberapa hari kemudian, Si suami pergi ke sawah. Dalam perjalanan, ia melihat seonggok tanah yang berbentuk seperti catu. Catu adalah alat penakar nasi yang terbuat dari tempurung kelapa.
“Hmmm, aneh sekali. Sepertinya kemarin gundukan tanah ini tidak ada,” gumam Si suami.
Setelah pulang dari ladang, ia bercerita kepada istrinya. Kemudian, ia mengajukan usul kepada istrinya.
“Istriku, bagaimana kalau kita membuat beberapa catu nasi? Siapa tahu, kalau kita membuatnya, hasil panen kita akan semakin melimpah.”
Sejak saat itu, Si istri rajin membuat catu nasi. Setiap catu nasi yang dibuatnya, ia niatkan untuk menambah hasil panennya.
Namun, ada keanehan yang terjadi. Saat pergi ke sawah, onggokan tanah yang ia temukan sebelumnya semakin membesar.
Rupanya, setiap Si istri membuat catu nasi, saat itu pula onggokan tanah membesar. Sepasang suami istri itu pun tak menyadarinya. Bahkan, Si istri membuat catu nasi yang lebih besar setiap harinya.
Lama-kelamaan, onggokan tanah itu berubah menjadi sebuah bukit. Setelah Si petani dan istrinya berhenti membuat catu nasi, onggokan tanah itu pun juga berhenti membesar.
Sejak saat itu, onggokan tanah itu disebut dengan Bukit Catu.
Disadur dari: Dian. K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer, 2016.
(Tribunnews.com)