Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejaran Awal Teori Flogiston, Dicetuskan Johann Joachim Becher Ilmuwan Asal jerman

Sejarah Teori Flogiston yang dicetuskan oleh ilmuwas kimia asal Jerman yakni Johann Joachim Becher.

Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Sejaran Awal Teori Flogiston, Dicetuskan Johann Joachim Becher Ilmuwan Asal jerman
Buku IPA
Johann Joachim (JJ) Becher - Sejarah Teori Flogiston yang dicetuskan oleh ilmuwas kimia asal Jerman yakni Johann Joachim Becher 

TRIBUNNEWS.COM - Inilah sejarah singkat Teori Flogiston.

Teori Flogiston merupakan teori kimia awal yang menjelaskan mengenai proses oksidasi, yakni reaksi selama pembakaran dan pengaratan.

Kata Flogiston berasal dari Yunani Kuno yang artinya 'Terbakar' atau 'Nyala api'.

Teori Flogiston ini penting karena menunjukkan transisi antara alkemis pada unsur-unsur tradisional bumi, udara, air, api, serta ahli kimia sejati.

Melakukan eksperimen teori Flogiston ini akan mengarah pada identifikasi unsur kimia yang sebenarnya.

Adapun cara kerja dari teori ini adalah semua materi yang mudah terbakar mengandung zat yang disebut flogiston, ketika benda dibakar maka flogiston akan dilepaskan.

Setelah itu, materi tersisa akan dianggap dideflogistasi karena tidak dapat dibakar lagi.

Berita Rekomendasi

Lantas, bagaimana sejarah Teori Flogiston?

Johann Joachim Becher..
Johann Joachim (JJ) Becher -

Baca juga: Kimia Hijau: Pengertian, Prinsip, Kontribusi, Contoh Proses Kimia

Teori Flogiston

Ilmuwan kimia asal Jerman, Johann Joachim Becher, mencetuskan idenya tentang pembakaran logam, di tahun 1669.

Hal ini menjadi dasar munculnya teori flogiston, Becher pun membeberkan alasannya, bahan yang terbakar harus mengandung komponen yang mudah terbakar, yaitu elemen api (terra pinguis).

Pandangan Becher ini memperbaharui prinsip kimia sebelumnya yang menyatakanbahan terdiri dari proporsi yang berbeda dari empat elemen baik tanah, udara, api, dan air.


Adapun dalam teori Becher ini disebutkan benda mudah terbakar karena hanya terdapat elemen api (terra pinguis).

Selama pembakaran, komponen ini dilepaskan ke udara ditandai dengan timbulnya nyala api.

Selain itu, dinyatakan terdapat residu, misalnya abu kayu yang memiliki massa lebih ringan dari bahan aslinya,  demikian pula saat memanaskan logam di udara akan dihasilkan calx yang lebih ringan dari logam.

Hal ini adalah bukti bahwa ada sesuatu yang hilang.

Pada pertengahan abad ke-18, masalah paling penting dalam ilmu, kimia dan fisika adalah menentukan apa yang sebenarnya terjadi ketika sesuatu terbakar, saat itu gas Oksigen belum ditemukan.

Tepat tahun 1703, Georg Ernst Stahl, mengembangkan teori Becher.

Stahl merupakan seorang ilmuwan kimia yang berasal dari Jerman juga, Ia mengemukakan istilah flogiston yang sebelumnya dikenal dengan nama terra pinguis.

(Tribunnews.com/Pondra Puger)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas