Mattel Ajak UoM dan UI Publikasikan Hasil Riset Fenomena Dream Gap dan Minat Anak Muda pada STEM
Penelitian ini untuk memahami lebih spesifik tentang stereotip sosial mempengaruhi minat anak muda pada bidang sains, teknologi, teknik dan matematika
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penelitian untuk memahami lebih lanjut mengenai fenomena Dream Gap di Australia dan Indonesia bertajuk 'Dream Gap Project' diluncurkan di kawasan Asia Pasifik pada Rabu (11/10/2023).
Penelitian ini juga untuk memahami lebih spesifik mengenai bagaimana stereotip sosial mempengaruhi minat anak-anak muda pada bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) berkenaan dengan peringatan Hari Anak Perempuan Sedunia, diinisiasi oleh Mattel, perusahaan mainan global, bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia, melalui program New Colombo Plan (NCP) .
Penelitian melibatkan University of Melbourne (UoM) dan mitranya, Universitas Indonesia (UI).
Paul Faulkner, Direktur Utama dari Mattel-Asia Pasifik menjelaskan, pihaknya melakukan penelitian di Australia dan Indonesia dengan sasaran penelitian anak-anak usia 4-6 tahun.
Dari mereka tim mempelajari bagaimana stereotip sosial dapat membentuk aspirasi anak-anak perempuan dan laki-lak. "Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pengambil keputusan untuk membantu mengatasi Dream Gap," kata Paul Faulkner, dikutip Jumat (13/10/2023).
Penelitian ini juga mengidentifikasi dampak dari Dream Gap terkait “Identitas STEM” mereka – yang melibatkan pemikiran tentang diri mereka sebagai individu yang berkaitan dengan STEM yang melibatkan proses keterampilan, kapabilitas dan kecenderungan tertentu.
Bidang STEM merupakan topik utama bagi sebagian besar negara dan dianggap sebagai topik yang sangat penting dalam mengikuti perkembangan teknologi yang cepat untuk kemajuan ekonomi dan kemakmuran.
Diperkirakan bahwa para pekerja di masa depan akan menghabiskan lebih dari dua kali lipat waktunya pada tugas dan pekerjaan yang membutuhkan ilmu sains, matematika, dan pemikiran kritis dibandingkan pada saat ini.
Namun, para perempuan tidak masuk ke bidang yang berhubungan dengan STEM dengan tingkat yang sama jika dibandingkan dengan para laki-laki, serta pada umumnya para perempuan juga meremehkan kemampuan dan potensi mereka terhadap ilmu tersebut.
Baca juga: STEM Prasetiya Mulya Kembangkan Inovasi Kecerdasan Buatan untuk Deteksi Pneumonia
“Di Mattel, kami berkomitmen untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan memberikan inspirasi untuk potensi yang tak terbatas pada setiap anak,” kata Paul.
“Asia Pasifik memiliki peran yang signifikan bagi Mattel, dengan sebagian besar pengoperasian dan pekerjanya berbasis di sini, hal ini tentunya memberikan kami peluang yang besar untuk mendukung anak-anak muda di wilayah ini. Dream Gap Project bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai bias gender, untuk menghapus hambatan-hambatan di generasi mendatang,” tambahnya.
Sebagai informasi, Mattel meluncurkan Dream Gap Project-nya pada tahun 2018, setelah sebuah penelitian dari New York University (NYU) yang menunjukkan bahwa memasuki usia lima tahun, banyak anak perempuan yang mulai membentuk keyakinan yang membatasi diri mereka dan berpikir bahwa mereka tidak secerdas dan semampu anak laki-laki.
Baca juga: Sabet Beasiswa Kuliah Luar Negeri, 5 Mahasiswa STEM Prasmul Siap Jadi Technoproneur Skala Global
Dream Gap untuk anak-anak perempuan masih ada, tetapi penelitian terbaru dari New York University (NYU) menunjukkan bahwa tantangan tersebut bukan terletak pada kurangnya rasa percaya diri atau semangat pada anak perempuan — kesenjangan seringkali terjadi dalam lingkungan di sekitar mereka. (*/)