Generasi Terdidik Berperan Membuka Akses Pendidikan di Daerah 3T
Memberikan akses pendidikan khususnya di daerah 3T bukan hanya tugas negara saja, generasi terdidik juga harus berperan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam bidang pendidikan seperti akses pendidikan. Khususnya di daerah 3T atau wilayah yang tergolong daerah tertinggal, terdepan dan terluar.
"Memberikan akses pendidikan khususnya di daerah 3T bukan hanya tugas negara saja, generasi terdidik juga harus berperan," kata Ketua Umum Forum Akhlak Indonesia, Rovito Hoetomo Thohir dalam keterangan tertulis, Sabtu (7/9/2024).
Ini pula yang mendorong FAI dengan Mahaka X, melakukan kegiatan FAI Mengabdi Chapter #1 : Pendidikan sesi kedua yang merupakan kelanjutan dari FAI Mengabdi Chapter #1 : Pendidikan, sesi pertama yang mencoba memberikan akses pendidikan di daerah 3T di Kampung Cijantur, Gunung Rumpin, Kabupaten Bogor.
Baca juga: SMPN 255 Berharap Smart Cup VIII Pererat Persaudaraan Pelajar di Jakarta
FAI sendiri merupakan forum anak-anak muda Indonesia yang berlatar belakang dari pengusaha, professional dan aktivis dengan pembina Menteri BUMN Erick Thohir.
Dikatakanya, program FAI mengabdi sebagai bagian wujud komitmen mengambil bagian dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan bertujuan menginspirasi lebih banyak pihak untuk bergerak dan berupaya memberikan akses pendidikan yang lebih baik kepada banyak anak-anak di Indonesia.
"Kami harapkan kegiatan seperti ini tidak hanya berhenti dalam satu bidang tapi lanjut ke bidang-bidang lainnya, seperti kesehatan, lingkungan hidup untuk masa depan yang lebih baik," katanya.
Ditambahkannya, kegiatan FAI Mengabdi selanjutnya akan dilaksanakan di Jakarta sebagai penutupan rangkaian kegiatan pada tahun ini dan akan dilanjutkan di tahun-tahun mendatang.
Terkait program FAI Mengabdi Chapter #1 : Pendidikan sesi kedua, Ketua Pengarah program, La Ode mengatakan, materi yang diajarkan serupa seperti sebelumnya berupa wawasan kebangsaan, bahasa asing, teknologi, jarimatika, dan akhlak.
"Yang berbeda hanya kondisi sekolahnya, di sini hanya ada 4 guru semua gurunya lulusan sekolah ini untuk hampir 250 siswa.
Dari lulus SMP mereka sudah mengabdi dengan mengajar tanpa imbalan sepeserpun,” ungkapnya.
La Ode juga menambahkan bahwa selain dari faktor kualitas pengajar, akses untuk menuju sekolah tersebut juga masih sangat sulit karena butuh waktu sekitar 45 menit mencapai ke desa ini dari kota.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia