Sepenggal Kisah Pilu Eva dari Desa Lore
Hatinya masih pilu sejak ibunya meninggal, dan kakinya masih sakit akibat tertimba tembok saat gempa tsunami terjadi di Sulteng.
Editor: Content Writer
Tidak ada lagi senyum di wajah Eva (9). Ia hanya duduk lemas dengan tatapan kosong. Hiruk pikuk keriangan anak -anak lain saat bermain sekarang tak terdengar olehnya. Jiwanya hampa.
Ia bukan tak mau bermain dengan teman-temannya, bersama tim Relawan Posko Mobile Pertamina Peduli di Desa Loru, Kecamatan Sigi Biromaru yang menyambangi desanya pada Minggu (7/10).
Namun ia tak bisa. Hatinya masih pilu sejak ibunya meninggal, dan kakinya masih sakit akibat tertimba tembok saat gempa tsunami terjadi di Sulteng.
Ketika dr Jeane dari tim medis Pertamina bertanya kepada Eva apa yang terjadi, bocah yang duduk beralaskan terpal itu hanya berbicara lirih. Belum juga selesai ceritanya, air matanya sudah mengalir deras hingga terisak-isak.
Hingga akhirnya salah satu kerabatnya bercerita. Pada saat kejadian Gempa, Eva sedang di rumah bersama ibu dan adiknya yang berusia 1 tahun. Sementara ayah tirinya sedang keluar rumah dan adiknya yang lain, berada di rumah kerabatnya.
Jumat, 28 September 2018, saat senja menjelang, gempa berskala 7,4 Magnitude itu datang. Di tengah kepanikan, Eva bersama ibu dan adiknya berusaha menyelamatkan diri. Namun takdir berkata lain. Tembok tiba-tiba runtuh dan menimpa mereka. \
Eva tertimpa di bagian kaki, sementara ibunya tak bisa menghindar dari runtuhan tembok. Sang ibu meninggal setelah tertimpa 3 lapis beton sambil memeluk adik Eva yang berusia 1 tahun.
Eva berhasil diselamatkan kerabatnya. Pun demikian adiknya yang berada di rumah kerabat dan ayah tirinya. Kini mereka hidup beralaskan terpal beratapkan tenda. Dengan kondisi seadanya.
Salah seorang relawan Pertamina yang berada di Palu sejak Kamis, 4 Oktober 2018, Alih Istik Wahyuni menuturkan, sepekan sejak gempa, kaki Eva membengkak.
“Yang dia tahu tak bisa bangun, berjalan, apalagi berlari dengan teman temannya. Makanya kami langsung meminta tim medis segera melakukan pengecekan,” kata Alih.
Saat tim medis memberikan pertolongan dengan memasang bidai atau kayu penahan agar kaki Eva tak banyak bergerak. Kayunya pun diambil dari sisa-sisa reruntuhan di sekitar tenda Eva.
“Ketika pemasangan, Eva terus menangis dan berteriak, Bapak.. Bapak... kaki ku sakit !,” tutur Alih. Setelah diberikan pertolongan pertama, Eva dirujuk ke puskesmas untuk selanjutnya dibawa ke rumah sakit apung.
Posko Mobile Pertamina Peduli, terus diaktifkan berkeliling untuk menjangkau wilayah terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Menurut Vice President Corporate Communication Adiatma Sardjito Posko bergerak ini menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat terdampak yang berada di sejumlah titik di wilayah Palu, Donggala dan Sigi.
Tim Relawan Pertamina Peduli bergerak bersamaan mengirimkan berbagai kebutuhan yang diperlukan masyarakat. (*)