TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Atlet panjat tebing Puji Lestari ternyata tak cepat jatuh cinta pada olahraga yang membesarkan namanya tersebut.
Wanita kelahiran 15 Juni 1990 itu ternyata dulunya sempat menggemari olahraga sepak takraw. Olahraga tersebut mulai ia gemari semenjak SMP.
Baca: Raih Medali Perak Asian Games, Atlet Menembak Indonesia Ini Ungkap Siapa Lawan Terberatnya
Namun, dirinya harus beralih mencari kegemaran lain untuk menghabiskan waktu luangnya selepas sekolah ketika ia menyadari sepak takraw tidak tercantum di daftar ekskul di sekolahnya.
"Saya awalnya dari sepak takraw terus berhubung di SMA saya sudah nggak ada ekstrakurikuler sepak takraw, saya beralih ke pecinta alam," kisah Puji di kediamannya Kampung Bambu Kuning, RT 12/RW 02, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (30/8/2018).
Tak mau waktu luangnya terbuang percuma, saat dirinya naik kelas 3 SMA pada sekira tahun 2008, anak keenam dari tujuh bersaudara itu mendaftarkan dirinya untuk ikut ekskul pecinta alam.
Dari situlah, beber Puji, dirinya mulai mengenal olahraga wall climbing.
Kegemaran Puji akan panjat tebing ternyata sempat memicu pro dan kontra di dalam keluarganya. Anggota keluarga Puji sempat pula menyarankan dia untuk kembali menggeluti sepak takraw.
"Jelas. Awalnya namanya orang tua melihat anaknya manjat-manjat gitu kan apalagi perempuan sempat ada pro dan kontra juga. Kenapa nggak balik lagi aja ke sepak takraw? Tapi karena saya udah suka ya mau gimana," kata Puji.
Puji sadar bahwa wall climbing atau olahraga panjat tebing itu cukup berbahaya dan menantang. Namun, segala kecemasan ataupun ketakutan sudah ia buang jauh-jauh dari benaknya lantaran Puji sudah kadung cinta dengan hal-hal yang meningkatkan adrenalinnya.
"Karena di wall climbing itu lebih menantang adrenalin, karena ketinggian itu ya, menurut saya olahraga ekstrim dan saya menyukai sesuatu yang menantang," kata Puji.
Kegemaran masa lalu Puji akan sepak takraw dibenarkan ayahandanya, Marimin.
Bahkan, menurut Marimin, Puji sempat hampir menginjakkan kakinya di benua Afrika atas kemahirannya menjaga bola yang terbuat dari rotan tersebut tak menyentuh lantai.
Akan tetapi, keluarganya tak mengizinkan Puji berangkat ke Afrika untuk mengikuti kejuaraan sepak takraw lantaran Puji mesti menyelesaikan sekolahnya.
"Iya, soalnya dulu sempat mau dikirim ke Afrika. Soalnya takut ujiannya nggak lulus. Begitu masuk SMA baru masuk panjat tebing itu," beber Marimin.
Marimin, meski sempat mengkhawatirkan keselamatan anaknya yang menggeluti olahraga panjat tebing, mengaku hanya bisa berdoa untuk anaknya itu.
Dirinya tak bisa lagi membendung kecintaan Puji akan panjat tebing yang sudah sangat mendarah daging.
Baca: Atlet Peraih Medali Emas Asian Games 2018 Juga Akan Diberi Rumah Tipe 36
"Khawatir iya tapi bagaimana melarangnya orang sudah suka banget. Saya cuman bisa memberi dukungan semangat dan doa saja," tandas Marimin.
Sebelumnya, Puji Lestari meraih dua medali untuk cabang olahraga panjat tebing Asian Games 2018. Puji meraih medali emas dalam nomor speed relay putri beregu dan medali perak dalam nomor speed putri perorangan.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Cerita Puji Lestari Sempat Menggemari Sepak Takraw Hingga Beralih ke Panjat Tebing