JOHANNESBURG - Ke Afrika Selatan (Afsel) tanpa beli dan makan steak, belumlah lengkap. Begitu kata orang-orang Afsel. Mereka amat bangga dengan steak dan kemampuan mengolahnya.
Namun, bagi orang Indonesia, hidangan itu akan membuat melongo. Sebab, tidak seperti steak di Indonesia yang hanya sekian gram atau ons. Di Afsel, Anda akan ditawari berapa kilo.
Wow.... Kalau di Indonesia bisa untuk serumah dan seharian. Sedangkan di Afsel bisa sekali santap. Bahkan, begitu steak dihidangkan dan dimakan, ada orang Indonesia yang nyeletuk, "Wah, serasa makan bayi, nih!"
Memang luar biasa ukurannya. Maklum, makanan pokok orang Afsel adalah daging dan gandum atau roti. Daging menjadi menu wajib dan Afsel memiliki sumber daging yang berlimpah.
Yang khas dari Afsel adalah steak T-bone. Ini daging yang diambil dari punggung bagian belakang sapi. Sehingga, masih ada tulang berbentuk "T" dan di selimuti daging yang volumenya luar biasa.
Jika memesan T-bone di sebuah rumah makan, maka akan ditawari besarnya. Setengah kilogram atau satu kilogram. Orang Afsel sering memesan 1 kilogram. Bahkan, beberapa rumah makan sering mempromosikan bahwa tempatnya ada menu 1 kilogram T-bone.
Makan di Afsel memang pengalaman luar biasa. Karena dipaksa, beberapa wartawan Indonesia pun mencoba memesan T-bone ukuran 1 kilogram.
Begitu dihidangkan, mata langsung melongo dan kami tertawa bersama. Wajar jika ada yang nyeletuk serasa makan bayio. Sebab, ukurannya memang bisa sebesar bayi yang baru lahir.
Bagi orang Indonesia, akan sangat luar biasa jika mampu menghabiskannya. Jangankan 1 kilogram steak, setengah kilogram steak saja tidak habis. Salah-salah malah muntah, karena terlalu banyak menyantap daging. Bahkan, tak jarang orang Indonesia jadi tak nafsu makan daging, karena melihat ukuranya yang terlalu besar.
Untuk harga T-bone bervariasi. Namun, rata-rata untuk ukuran 1 kilogram seharga 100 rand (sekitar Rp 130 ribu). Jika hanya setengah kilogram, harganya juga separonya. Tapi, jarang rumah makan menawarkan menu T-bone setengah kilogram. Rata-rata ukurannya 1 kilogram.
Pembeli boleh pesan setengah matang atau matang. Biasanya pelayang akan menawari, "Medium or well done, Sir?" Maksudnya setengah matang atau matang.
Nah, orang Afsel banyak yang suka setengah matang. Itu butuh kemampuan mengunyah yang luar biasa dan sulit ditiru orang Indonesia. Jangankan setengah matang, yang matang saja bisa membuat otot di dagu kelelahan dan kesulitan bicara.
Namun, justru di situ asyiknya memakan T-bone. Cara memasaknya adalah dengan dibakar. Rasanya sama saja dengan daging bakar lainnya. Pembeli tinggal meminta saus, sambal, dan merica. Jadi, rasanya tergantung seberapa banyak kita memakai saus, sambal, dan merica.
Makan T-bone menjadi pengalaman mengasyikkan, meski sulit. Tapi, benar pula kata orang Afsel, "rugi kalau ke negeri itu tanpa makan T-bone." (*)
*) Tribunnews.com dan Kompas-Gramedia mengirimkan delapan wartawan untuk meliput Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.