Laporan wartawan Tribunnews.com, Deodatus Pradipto dari Moskow
Jika berkunjung ke Pasar Izamailovo, Moskow, Anda tidak perlu takut kelaparan. Di dalam pasar ini terhadap beberapa penjual shashlik yang sangat menggoda.
Sangat mudah untuk menemukan para penjual shashlik ini. Cari saja di mana ada asap-asap beraroma daging yang menggiurkan di tengah para pedagang souvenir Rusia di Pasar Izmailovo.
Apa itu shaslik? Saslyk sebenarnya bukan makanan khas Rusia, terutama Moskow. Makanan ini adalah makanan populer di Eropa Tengah, kawasan Baltik, Kaukasus, Asia Tengah, dan beberapa negara di Timur Tengah, termasuk Iran, Israel, dan Turki. Setiap wilayah menyebut saslyk secara sedikit berbeda, namun serupa.
Kata shashlyk atau shashlik dipinjam dari bahasa orang-orang Tatars pada awal abad ke-18. Makanan ini tidak mencapai Moskow sampai akhir abad ke-19.
Sejak itu, popularitas shaslik meningkat drastis. Pada tahun 1910-an, makanan ini masuk menu restoran di Saint Petersburg. Sedekade kemudian makanan ini tidak lagi disajikan di restoran, namun sekadar di jalanan.
Shaslik adalah makanan berbahan dasar daging, aslinya daging kambing. Di Indonesia, makanan yang mirip saslyk adalah sate. Saslyk tidak selalu harus kambing.
Ada saslyk yang menggunakan daging ayam, babi, sapi, dan ikan salmon.
Untuk menyantap daging-daging bakar ini Anda bisa memakan dagingnya saja, ditambah keju, kentang, atau sayuran seperti bawang bombay, paprika, jamur, dan tomat.
"Di Maroko kami juga makan makanan seperti ini," ujar Zak, seorang wisatawan asal Maroko, kepada saya.
Jika tertarik membeli saslyk, Anda harus memperhatikan secara seksama. Para penjual seringkali sembarangan menyebut harga. Harganya bisa berubah meskipun calon pembeli berikutnya bertanya selang beberapa detik dari calon pembeli sebelumnya.
"Harganya 600 rubel (setara Rp 134 ribu, red) setusuk. Itu sudah termasuk salad dan roti," kata seorang penjual sambil mengipasi saslyk dagangannya. (Tribunnews/deo)