Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanggapi Ucapan Kontroversial Farhat Abas, Dahnil Anzar: Alay

"Saya pikir masyarakat dengan sendirinya akan bosan dengan model-model politik yang miskin gagasan seperti itu," katanya

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Tanggapi Ucapan Kontroversial Farhat Abas, Dahnil Anzar: Alay
TRIBUNNEWS.COM/Ilham Rian Pratama
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menanggapi ucapan Farhat Abbas soal 'pilih Jokowi masuk surga'.

Menurutnya, ucapan Farhat tidak rasional dan memiliki diksi jangka pendek dan bentuk politik kampungan atau kerap disebut alay.

Baca: Tanggapi Pernyataan Farhat Abbas, Zara Zettira: Anda Sesat!

"Politik kita itu dipenuhi dengan diksi-diksi jangka pendek seperti diksi provokatif, hiburan yang irasional. Yang dilontarkan bukan ide yang menghasilkan dialektika yang positif. Yang dihadirkan justru narasi yang irasional, seperti Farhat Abbas itu tadi," ucap Dahnil saat ditemui usai diskusi inDEMO (Indonesian Democracy Monitor), Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (12/9/2018).

Dahnil melihat cara itu tak hanya dilakukan Farhat, tapi juga pihak lain.

"Saya tidak mengatakan hanya satu kelompok, ya kelompok lain juga melakukan hal serupa. Yang diproduksi itu hanya sensasi tanpa substansi. Jadi memang tidak mendorong diskursus dan dialektika yang positif dan itulah salah satu ciri politisi alay itu. Politik 220 karakter," katanya.

Dia menjelaskan, salah satu ciri politisi alay adalah mudah terbawa perasaan alias baper.

Berita Rekomendasi

Seharusnya, tutur Dahnil, perdebatan harus mengemukakan gagasan.

Baca: Pantun Pakai Kata-kata Surga dan Neraka, Farhat Abbas Disemprot Timses Jokowi

"Cenderung baper, semua politik digeser menjadi pertarungan perasaan. Jadi hidup mati, teman bisa jadi musuh. Kalau pertarungan gagasan ya beda pilihan biasa saja. Sekeras apapun perdebatan bukan berarti saling membenci," tuturnya.

"Saya pikir masyarakat dengan sendirinya akan bosan dengan model-model politik yang miskin gagasan seperti itu, apalagi pertarungannya hanya sekitar sepatu, merk baju, kendaraan itu yang menurut saya politik alay," sambung Dahnil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas