Ketika Kampanye Pilpres Sudah Kehilangan Substansi, Mulai Tampang Boyolali hingga Politisi Genderuwo
Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago menyebutkan saat ini kampanye pilpres sudah kehilangan substansinya.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
"Seakan-akan kita akan menghadapi krisis ekonomi yang menakutkan dengan menyebut bahwa harga-harga di pasar mengalami kenaikan. Sehingga mendorong masyarakat menjadi khawatir dengan kondisi ekonomi saat ini," ujar Ace kepada Tribun.
Padahal, imbuh Ace, kalau dilihat situasi dan kondisinya ya semakin membaik.
Baca: Jubir Prabowo: Pak Jokowi Sumber Kegaduhan Baru, Setelah Sontoloyo Kini Sebut Politik Genderuwo
Dia menjelaskan, dolar Amerika sudah mulai menjinak ke kisaran Rp 14.600-an yang kemarin menembus Rp 15.000-an. Angka inflasi pun tegas dia, masih dapat dikendalikan.
"Pemerintah diam-diam bekerja dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi tekanan ekonomi pasar," ujar Ace.
Melalui pernyataannya, menurut Ace, Jokowi juga ingin mengingatkan semua pihak bahwa perbedaan politik itu biasa dalam negara demokrasi.
"Kita boleh berbeda pandangan dalam berpolitik. Politik jangan membuat kita semua menjadi terpecah-pecah. Kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Demokrasi jangan membuat kita terpecah belah," tegas Ace.
Ace juga menilai, pernyataan Jokowi ini tidak hanya kepada kelompok tertentu, tetapi kepada siapa saja pihak terutama para politisi yang selalu melontarkan pandangan-pandangan dan narasi yang pesimistik, ketakutan dan ketidakpastian.
Presiden Jokowi saat melakukan kunjungan di Kabupaten Tegal, Jumat (9/11/2018), sempat menyindir politikus yang doyan menyebar propaganda dan ketakutan kepada masyarakat di tahun politik ini. Ia menyebutnya sebagai politikus gerenduwo (genderuwo).
"Ya politikus gerenduwo itu yang melakukan cara-cara berpolitik dengan propaganda. Menakut-nakuti dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat," kata Jokowi.
Jokowi mengemukakan saat ini banyak politikus yang sering melontarkan pernyataan-pernyataan yang menakutkan dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
"Coba lihat politik dengan propaganda menakutkan. Membuat takut dan kekhawatiran. Setelah itu membuat sebuah ketidakpastian. Kemudian menjadi keragu raguan di masyarakat," ucapnya usai peresmian tol.
Menurutnya, cara berpolitik semacam itu bukanlah berpolitik yang beretika. Masyarakat digiring ke arah ketakutan sehingga terkesan kondisi Indonesia mencekam.
Cara berpolitik seperti itu dikatakan dapat memecah persatuan bangsa. Sehingga, Jokowi menegaskan masyarakat harus bisa berpikir kritis dan pintar dalam menghadapi situasi.
"Cara berpolitik seperti ini jangan diteruskan lah. Stop," tegas mantan Wali Kota Solo itu.