Narasi Prabowo Dinilai Miskin Solusi
Adi menerangkan, Prabowo tidak menilik data BPS bahwa angka kemiskinan dan pengangguran turun, sebab narasi-narasi yang dibangun adalah Jokowi selama
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pidato politik Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dinilai tidak substansial dan hanya retoris.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Adi Prayitno mengatakan, pidato Prabowo hanya daur ulang. Yakni, penerjemahan dari yang disebut beberapa bulan lalu sebagai economis stupidity, ekonomi kebodohan.
"Bagi Prabowo, Pak Jokowi itu salah arah mengelola kebijakan ekonomi, efeknya banyak orang miskin, banyak orang nganggur, yang kaya dan yang miskin semakin lebar,” ujar Adi saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (16/1/2019).
Adi menerangkan, Prabowo tidak menilik data BPS bahwa angka kemiskinan dan pengangguran turun, sebab narasi-narasi yang dibangun adalah Jokowi selama 4 tahun ini gagal menjadi pemimpin republik ini. Adi menilai tidak ada yang baru dari apa yang disampaikan Prabowo tadi malam.
“Ini hanya sebagai daur ulang gagasan-gagasan Prabowo tentang pemerintah Jokowi yang dianggap gagal,” ujarnya.
Meski di sisi lain Prabowo terkesan menutup mata, dengan data-data yang ada (data BPS).
Baca: Fahri Harap Debat Pilpres Esok Lebih Seru Dibanding Nonton Piala Dunia
Adi menganggap wajar jika Prabowo sering kali disebut sebagai capres penebar pesimisme. Dari pidato Prabowo, dia juga menyoroti monoloh Prabowo dalam menyampaikan visi dan misi.
“Pak Prabowo terlampau dominan dan monolog, bahwa panggung Pilpres sebagai penantang itu seakan-akan ingin diklaim hanya milik Prabowo. Kalau begini kondisinya, Sandi ini seakan-akan hanya sebagai pelengkap,” ucap Adi.
Direktur Parameter Politik Indonesia ini mengakui Prabowo pandai memberikan narasi-narasi besar dengan jargon-jargon besar yang di pilih, seperti Indonesia harus mandiri, baik secara ekonomi, politik, energi. Tetapi, Adi melihat Prabowo tidak menjelaskan solusi yang ditawarkan.
“Pak Prabowo juga miskin memberikan contoh-contoh dari kasus yang dianggap tidak sukses. Misalnya ketika Prabowo bilang BUMN itu ambruk, itu BUMN yang mana. Menyebut Garuda, PLN dan Pertamina, apa betul PLN dan Pertamina itu ambruk," ucapnya
"Jangan-jangan mereka hanya rugi, tapi dalam rentang waktu kapan. Apakah hanya di masa Jokowi atau sejak SBY atau pemerintah sebelumnya. Artinya dia men-downgrade dan medelegitimasi semua pencapaian Jokowi tapi contoh-contohnya tidak pernah kongkret. Mestinya kalo disertai contoh dan bukti-bukti, tentu rakyat percaya ini bukan hanya retoris,” jelas Adi.
Pidato Prabowo itu, ucap Adi semakin membuat cinta pendukung Prabowo, tapi semakin membuat benci pendukung Jokowi. Dua kubu ini semakin keras cintanya ke Prabowo dan bencinya ke Prabowo.
“Yang paling penting. Undecided voter ini tidak bisa diprovokasi dengan istilah-istlah yang bombastis, tidak bisa didekati dengan narasi-narasi yang retoris dan tanpa bukti. Mereka ini akan melihat apa yang disampaikan itu terukur. Apa ukurannya adalah bukti," sambung Adi.