Rejo: Sudah Minta Maaf, Pendukung Jokowi Hentikan Boikot Bukalapak
Katorius Sinaga menilai, memang tidak relevan menuduh minimnya dana R&D bidang IT sebagai wujud inkonsistensi pemerintah RI menuju era Revolusi 4.0.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Divisi Hukum, Advokasi dan Migrant Care, Relawan Jokowi (ReJo), Kastorius Sinaga menyayangkan cuitan pendiri sekaligus CEO Bukalapak Achmad Zaky (AZ) yang mengeluhkan minimnya dana R&D di sektor teknologi informasi Indonesia.
“Memang harus diakui, cuitan Zaky tersebut sangat provokatif dan kurang pas di tahun politik Pilpres yang memanas seperti saat ini,” ujar Kastorius Sinaga kepada Tribunnews.com, Jumat (15/2/2019).
Karena Katorius Sinaga menilai, memang tidak relevan menuduh minimnya dana R&D bidang IT sebagai wujud inkonsistensi pemerintah RI menuju era Revolusi 4.0.
"Penilaian Zaky di dalam cuitannya agak emosional tanpa mempertimbangkan konteks dan reaksi publik atas penilaian tergesa-gesa tersebut” imbuh Kastorius yang juga dikenal sebagai sosiolog UI itu.
Kita tahu, imbuh dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan kabinetnya sangat berkomitmen dan gencar mendukung usaha rintisan berbasis online yang saat ini marak diminati kalangan pengusaha milenial seperti Zaky dengan patform e-commerce “Bukalapak”nya.
Bahkan Revolusi Industri 4.0 yang didominasi industri teknologi informasi itu menjadi salah satu arah navigasi utama Penerintahan Jokowi saat ini dan ke depan.
“Saya melihat, Zaky hanyalah salah kata mengungkapkan kekecewaannya di saat yang bersangkutan membaca perbandingan data dana R&D menyolok antara negara-negara termasuk Indonesia yang berasa di nomor buntut."
Baca: Prabowo Sebut Harga Daging dan Beras di Indonesia Tertinggi Sedunia, Apa Kata Jokowi?
"Dia tidak melihat permasalahan ini secara konprehensif termasuk keterbatasan anggaran pemerintah berikut tingkat cakupan dan kemajuan sektor bisnis online di dalam sektor perekonomian Indonesia secara keseluruhan di saat ini,” jelas Kastorius Sinaga.
Hentikan "Boikot" Bukalapak
Karenanya, menurut dia, penilian prematur Zaky di dalam cuitannya tersebut tak semestinya direaksi oleh masyarakat.
Khususnya pendukung Jokowi, sebagai sebuah pretensi politik Pilpres dari Zaky secara an sich, sehingga platform e-commerce Bukalapak yang didirikannya itu ramai-ramai harus dibully dan bahkan harus “dimatikan”.
Terlebih lagi, kata dia, CEO Bukalapak itu juga sudah meminta maaf secara terbuka atas salah kata dalam cuitannya.
Karenanya, dia meminta masyarakat dan pendukung Jokowi pada khususnya untuk menghentikan serangan dan berbalik ke posisi semula bahwa Bukalapak termasuk aset potensial Indonesia yang harus dijaga demi memenangkan kompetisi global di bidang industri teknologi informasi.
“Harus dipahami, politik itu memang keras namun juga harus tepat sasaran dan terukur di dalam mereaksi sikap yang muncul di masyarakat sehingga dapat meminimalisasi “collateral damage” yang dapat ditimbulkannya” tegas Kastorius yang juga Penasehat Ahli Kapolri (2005-2017) itu.
Lebih jauh dia menjelaskan, Zaky adalah sosok inovatif panutan generasi milenial yang terbukti berhasil berkontribusi dalam pembangunan industri teknologi informasi lewat platform Bukalapak.
Dari awal hingga menjadi sebuah flagship yang diperhitungkan “Bukalapak” pasti menghadapi tekanan kompetisi dari kalangan bisnis serupa khususnya dari luar negeri.
Baca: #UninstallBukalapak Trending d Twitter, Faldo Maldini Tawari Achmad Zaky Gabung PAN
“Kematian Bukalapak akibat serangan politik dalam negeri yang trengginas bisa saja tidak menghasilkan apa-apa namun menjadi keberuntungan “lapak asing” untuk semakin agresif mendominasibpasar e-commerce dalam negeri” ungkap Kastorius.
Dalam kaitan ini, menurut dia, sangat bijak bila masyarakat Indonesia dan khususnya pendukung Jokowi secara tulus memberi tempat bagi Zaky untuk memperbaiki kesalahannya.
"Selain juga melanjutkan karyanya dalam mengembangkan platform Bukalapak ke titik perkembangan maksimalnya," ucap Kastorius.
Minta Maaf
Menilik banyaknya warganet yang mempersoalkan, Zaky pun mengklarifikasi twitnya itu. Dia pun meminta maaf jika ada kesalahpahaman mengenai twit itu.
"Saya, Achmad Zaky selaku pribadi dan sebagai salah satu pendiri Bukalapak, dengan ini menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas pernyataan yang saya sampaikan di media sosial," ujar Zaky, dalam rilis resmi seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (15/2/2019).
Zaky mengungkapkan bahwa ia tidak bermaksud untuk mendukung atau tidak mendukung suatu calon presiden tertentu.
Menurut Zaky, twit itu merupakan ajakan untuk bersama membangun Indonesia melalui penelitian dan pengembangan ilmiah. Selain itu, Zaky juga sangat memperhatikan kemajuan industri teknologi di Indonesia.
Oleh karena itu, ia berharap agar investasi dalam bidang riset dan sumber daya manusia (SDM) yang tinggi bisa menjadi salah satu pendorong kemajuan Indonesia.
"Saya sangat menyesali kekhilafan tindakan saya yang tidak bijaksana dan kiranya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya," ujar Zaky.
Sebagaimana diketahui, Media sosial tengah ramai membicarakan kicauan Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak Zaky yang menyinggung soal dana research and development Indonesia yang dinilainya tertinggal dari negara lain.
Dalam twitnya, Zaky menulis: "Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. US 511B 2. China 451 B 3. Jepang 165B 4. Jerman 118B 5. Korea 91B 11. Taiwan 33B 14. Australia 23B 24 Malaysia 10B 25. Spore 10B 43. Indonesia 2B. Mudah2an presiden baru bisa naikin".
Sontak twit ini menjadi bahan pembicaraan di media sosial Twitter pada Kamis (14/2/2019). Twit tersebut kemudian dipersoalkan oleh sejumlah warganet atau pengguna Twitter.
Mereka bahkan memunculkan tagar #uninstallbukalapak. Hingga saat ini tagar tersebut masih terpampang dalam urutan atas tren di Indonesia.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.