TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menyarankan agar peran panelis bukan hanya menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam debat Pilpres 2019.

Menurut akademisi Universitas Pelita Harapan ini, agar debat lebih dinamis dan substantif, panelis yang memberikan pertanyaan seharusnya bertanya langsung kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden.

"Sehingga, jika jawaban capres kurang substansial, bisa ditajamkan pertanyaannya," ujar Emrus Sihombing kepada Tribunnews.com, Kamis (21/2/2019).

Karena dia mengibaratkan, panelis menjadi wakil rakyat seluruh Indonesia untuk bertanya kepada calon pemimpinnya.

"Jika jawaban dari para capres dirasa kurang tepat, seharusnya panelis bisa bertanya lebih jauh atau lebih mengerucutkan pertanyaan," katanya.

Karena dia menilai sejauh ini, peran moderator yang gantikan penelis kurang bisa menggali lebih jauh pemaparan calon presiden dan wakil presiden dalam debat.

Baca: Pemerintah Targetkan Pengelolaan Sampah 100 Persen pada 2025

Sebab moderator debat, imbuh dia, hanya sebatas bertanya dari pertanyaan yang sudah disipakan panelis.

Untuk diketahui, pada debat pilpres 2014 lalu, panelis bukan hanya menyiapkan pertanyaan. Tapi langsung menanyakan pertanyaan dan mendalaminya kepada pasangan calon di dalam debat.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengusulkan agar debat ketiga yang akan diikuti calon wakil presiden tanpa melibatkan panelis.

Fadli mengusulkan agar pertanyaan langsung diajukan masing-masing kandidat.

"Pertanyaan panelis kadang-kadang tidak aktual. Keliatan dicanggihkan, padahal belum tentu penting," ujar Fadli.

Fadli mengatakan, tanpa panelis, setiap kandidat dapat mempersiapkan pertanyaan kepada lawan debatnya.

Kemudian, setelah ada jawaban, penanya bisa menyampaikan tanggapan atas jawaban.

Menurut Fadli, moderator debat bertugas sebagai pengawas jalannya debat. Moderator menjaga agar pertanyaan dan pembahasan tidak keluar konteks dari tema yang sudah ditetapkan.(*)