Akademisi: Agak Sulit Mengatakan Hanya Jokowi yang Dirugikan Bila Angka Golput Tinggi
Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Leo Agustino menilai tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai tingginya angka golput.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Leo Agustino menilai tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai tingginya angka golput dalam Pilpres 2019.
Apalagi dikatakan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin paling dirugikan jika angka golput tinggi.
Menurutnya, baik pasangan Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandiaga memiliki pemilih loyal.
"Saya pikir, para pemilih kedua pasangan sama-sama memiliki strong voters sehingga agak sulit mengatakan hanya Jokowi yang dirugikan," ujar Leo Agustino kepada Tribunnews.com, Selasa (19/3/2019).
Baca: Hajrianto Jadi Dubes Lebanon, Rizal Mallarangeng Ditunjuk Jadi Korbid Galsus DPP Golkar
Karena itu, kata dia, tugas partai politik, penyelenggara Pemilu, dan akademisi serta tokoh masyarakat wajib mengajak para pemilih, terutama pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam Pemilu tahun ini.
"Agar suara Golput tidak tinggi maka tugas partai politik, penyelenggara pemilihan, dan juga akademisi serta tokoh masyarakat mengajak para pemilih berpartisipasi dalam Pemilu tahun ini," katanya.
LSI Denny JA, merilis Survei yang dilakukan 18-25 Februari 2019 terhadap 1.200 responden menunjukkan golput bisa membawa kerugian bagi kedua kubu yang sedanbg berkompetisi.
Baca: Erwin Aksa Dukung Prabowo-Sandi, BPN Sebut Perkuat Paslon hingga Diberhentikan DPP Golkar
Elektabilitas pasangan nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin meskipun unggul 27,8 persen atas pasangan nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga, nyatanya masih belum aman.
Sebab, jika berkaca dari angka golput di 2014 mencapai 30,42 persen.
Pasangan nomor urut 01 juga terbilang paling banyak dirugikan jika angka golput tinggi.
Salah satunya pada segmen pemilih minoritas.
Baca: Jusuf Kalla Sebut Penghapusan Ujian Nasional Berbahaya Bagi Kualitas Pendidikan Nasional
Jokowi-Ma'ruf sudah unggul 68,7 persen, yakni 80,3 persen berbanding 11,6 persen milik Prabowo-Sandi.
Namun, jika banyak terjadi golput maka pemilih Jokowi akan berkurang.
"Alasan golput di pemilih minoritas yaitu karena libur panjang. Tanggal 19 April itu hari libur nasional, peringatan wafatnya Isa Almasih," ujar Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman dalan rilis 'Siapa Dirugikan Golput: Jokowi atau Prabowo?' di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (19/3/2019).
Alasan lain, terjadinya golput di segemen minoritas yaitu pemilih merasa tidak aman. Sehingga banyak berpindah lokasi mencoblos ke luar negeri.
Di segmen wong cilik, Jokowi juga akan dirugikan jika terjadi golput.
Alasannya Jokowi mendapat dukungan 63,7 persen berbanding 27,4 persen milik Prabowo.
Indikasi terjadinya golput di segmen ini karena pemilih tidak terinformasi dengan baik terkait pelaksanaan pemilu. Selain itu, pemilih yang memilih bekerja di hari pencoblosan.
Adapula masalah administrasi yang membuat pemilih gagal menyalurkan suara.
"Jokowi-Ma'ruf juga dirugikan oleh golput di pemilih milenial. Margin kemenangan mereka di segmen ini besar 22,0 presiden," jelas Ikrama.
Di segmen pemilih emak-emak, Jokowi-Ma'ruf juga akan rugi jika terjadi golput.
Sebab, sejauh ini Jokowi-Ma'ruf memperoleh dukungan 61,0 persen, sedangkan Prabowo-Sandi hanya 30,0 persen.
Sementara, Prabowo-Sandi akan dirugikan jika terjadi golput di segmen pemilih terpelajar.
Hal itu dilihat dari ceruk keunggulan sebesar 45,4 persen, berbanding 36,1 persen milik Jokowi.
Diketahui, data didapat dari survei yang digelar 18-25 Februari 2019. Sebanyak 1.200 responden yang dipilih dengan multistage random sampling.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.