Cerita Putri Ayuningtyas Saat Jadi Moderator Debat Cawapres: Kuncinya Yakni Selamat Malam
Siapa sosok Putri Ayuningtyas? Putri Ayuningtyas yang lahir di Subang, Subang, Jawa Barat, 21 September 1986 adalah pembawa acara berita Indonesia.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alfito Deannova dan Putri Ayuningtyas terpilih menjadi moderator debat pilpres 2019 ketiga yang berlangsung Minggu (17/3/2019) lalu.
Siapa sosok Putri Ayuningtyas? Putri Ayuningtyas yang lahir di Subang, Subang, Jawa Barat, 21 September 1986 adalah pembawa acara berita Indonesia. Ia menjadi anchor dalam program berita Headline News.
Karier
Putri mengawali kariernya di MetroTV pada tahun 2008. Selama setahun ia hanya menjadi Reporter. Pada tahun 2009, Putri baru menjadi News Anchor di MetroTV.
Pada 2015, ia pindah ke CNN Indonesia bersama rekannya Desi Anwar, Eva Julianti Yunizar, Frida Lidwina, Prabu Revolusi (sebelumnya dari RTV) dan Indra Maulana.
Baca: Rayakan Anniversary Satu Tahun Pacaran, Athalla Naufal: Buktiin ke Semua Orang Kita Bisa Bertahan!
Saat ini ia membawakan program CNN Indonesia Live dan CNN Indonesia News Report.
Kepada Tribunnews.com, Putri menuturkan kisahnya saat menjadi moderator debat Cawapres yang ditonton secara langsung oleh jutaan pasang mata warga Indonesia.
Saya mengetahui nama saya diusulkan menjadi moderator debat cawapres yang diadakan Transmedia, sekitar akhir Februari.
Saat itu saya diinfokan bahwa nama saya masih dipertimbangkan oleh kedua kubu.
Tidak ada hal khusus yang saya lakukan, saya masih memandu acara seperti biasa, masih mengkritisi kedua kubu, masih mencecar kedua kubu secara onair, seperti yang biasa saya lakukan.
Begitupun setelah pengumuman oleh KPU.
Persiapan yang paling awal saya lakukan adalah afirmasi diri.
Bagaimanapun, moderator adalah wasit. Kami terikat aturan khusus baik dari tv penyelenggara dan juga dari KPU.
Ruang untuk intervensi tidak ada. Kami terikat waktu yang juga disiarkan secara on air.
Saya terus menerus berbicara kepada diri sendiri bahwa ini amanah dari negara & harus berlaku adil.
Berikutnya, tentu menyamakan visi dengan partner moderator saya Alfito. Bang Fito adalah senior saya di CNN Indonesia, sehingga saya merasa nyaman dipasangkan dengan Bang Fito.
Kebetulan kami juga memiliki pandangan yang sama, bahwa dalam acara debat, moderator hanya pelengkap, sehingga kami juga menempatkan diri sesuai porsi bahwa bukan kami bintangnya, melainkan adalah kedua kandidat.
30 menit sebelum on air, saya dan Alfito masih berlatih pernyataan pembuka kami.
Tim kami mempersiapkan panduan, tapi kami sedikit mengubahnya, disesuaikan dengan gaya kami, tanpa mengubah makna.
Kegugupan tentu saja ada, karena saya manusia biasa, bukan robot. Apalagi melihat exposure masyarakat terhadap teman-teman moderator debat yang lalu.
Kuncinya ada di kalimat pembuka kami “Selamat Malam”, yang harus diucapkan bersamaan.
Kami berlatih beberapa kali untuk ini.
Kadang saya kecepetan, kadang Bang Fito kelambatan, kadang suara saya terlalu tinggi, atau sebaliknya.
Setelah kami sukses mengucapkan itu bersamaan, selanjutnya sangat mengalir.
Di atas panggung, saya dan Alfito Deannova menjadi diri kami sendiri.
Kami sepakat energi yang tenang, tidak kaku, tidak tegang, agar kedua kandidat juga nyaman, begitu pula dengan para pendukung.
Alhamduliah semua berjalan baik.
Yang terpenting bagi saya, debat kemarin bisa mengeksplorasi gagasan kedua cawapres.
Karena debat ini sejatinya untuk para penonton di rumah yang mungkin sampai sekarang belum menentukan pilihan, bukan hanya untuk mereka yang hadir di Hotel Sultan.