Hitung Cepat Litbang Kompas: PDIP Bersama Gerindra dan Golkar, Parpol Teratas Pileg 2019
Partai Keadilan Sejahtera berada di posisi kelima partai dengan perolehan suara terbesar sebanyak 8,57 persen disusul NasDem sebesar 8,13 persen.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil hitung cepat Litbang Kompas menyebutkan, PDI Perjuangan bersama Partai Gerindra dan Partai Golkar menjadi tiga partai teratas di perolehan suara pemilu legislatif (Pileg) 2019, Rabu (17/4/2019).
Berdasarkan data masuk 86,60 persen pukul 22:12 WIB, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri memperoleh 20,19 persen suara, disusul Partai Gerindra menyusul 12,83 persen dan Partai Golkar 11,70 persen serta PKB 9,39 persen.
Partai Keadilan Sejahtera berada di posisi kelima partai dengan perolehan suara terbesar sebanyak 8,57 persen, dan disusul NasDem sebesar 8,13 persen.
Partai Demokrat meraih suara sebesar 8,10 persen, lalu PAN 6,58 persen, dan PPP 4,65 persen.
Baca: Komisoner KPU: Hasil dari Lembaga Survei Seharusnya Dapat Dipertanggungjawabkan.
Untuk partai politik dengan perolehan dukungan suara di bawah 4 persen adalah Partai Perindo (2,86 persen), Berkarya (2,11 persen), PSI (2,03 persen), Hanura (1,34 persen), PBB (0,76 persen), Garuda (0,53 persen) dan PKPI (0,22 persen).
Data ini adalah data terakhir untuk hari ini dirlis oleh Litbang Kompas.
Dalam hitung cepat kali ini, Litbang Kompas mengambil sampel semua pemilih dari 2.000 TPS terpilih yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca: Sorot Tajam Mata AHY ke Layar Quick Count
Pengambilan 2.000 sampel dilakukan dengan pertimbangan target toleransi kesalahan (margin of error), kemampuan sumber daya yang ada, dan biaya.
"Dari segi personel, kami siapkan tenaga lapangan 2.000 TPS tersebut. Artinya, tenaga lapangan saja sudah 2.000, plus koordinator untuk mengelola interviewer, disebut koordinator lapangan. Mereka mengawasi 5-7 interviewer. Di atas korlap, ada lagi, koordinator daerah. Total untuk 2000 TPS lapangan adalah 2.387 orang. Itu semua dari jaringan yang kami miliki," ujar Kepala Pusat Data Hitung Cepat Litbang Kompas, Gianie saat ditemui di pusat data Hitung Cepat Litbang Kompas, Palmerah, Jakarta, Rabu (17/4/2019).
Metode penentuan TPS sampel dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara acak sistematis berdasarkan jumlah data dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam negeri.
Total DPT dari 2.000 TPS sampel Kompas pada hitung cepat kali ini adalah 488.826 pemilih.
Dengan tingkat kepercayaan 99 persen dari total maksimal pemilih adalah 185.732.093, maka simpangan kesalahan diperkirakan akan kurang dari 1 persen.
"Margin of error kami diharapkan dibawah 1 persen. Secara umum 2000 TPS yang kami ambil berdasarkan DPT terakhir yang dikeluarkan KPU. DPT kam 180 juta sekian, ketemu intervalnya, nah DPT terpilih ini dilihat, dia di TPS mana. Jadi kami DPT dulu, baru mencari dia di TPS mana. Dari sana ketemu 2.000 TPS itu," paparnya.
Untuk menghasilkan data yang lebih valid dan akurat, sejak dari proses penentuan sampel sampai validasi data di lapangan dilakukan dengan pengawasan berlapis.
TPS sampel yang sudah ditentukan diperiksa kembali dengan data daftar pemilih terdaftar yang dikeluarkan KPU RI. Sehingga semua TPS sampel tervalidasi dan benar sesuai dengan daftar pemilihnya.
Semua hasil data yang masuk akan divalidasi kembali, sehingga tidak terjadi kesalahan non teknis dan kesalahan akibat kelalaian manusia.
"Ini semua dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, agar mendapatkan hasil sedekat mungkin dengan hasil yang sebenarnya," paparnya.
Setiap interviewer nantinya akan mengirimkan foto dan lokasi TPS ke Pusat Data sebelum melakukan tugas pengumpulan data hasil penghitungan suara. Konfirmator bertugas memonitor keberadaan para pewawancara dan memeriksa data yang masuk.
Tim ini menghubungi pewawancara dan Panitia TPS untuk memastikan akurasi data yang dikirimkan. Validator mengesahkan data yang sudah terkonfirmasi (quality control). Data valid akan disahkan dan dipublikasikan langsung.
"Biar percaya dengan TPS yang dipilih, nanti divalidasi lagi. Harus lewat cek dan recheck. Agar yakin, TPS yang dipilih mewakili karakteristik pemilih dan penduduk di Indonesia," jelasnya.