Kerusuhan Tanah Abang: 6 Orang Tewas, Bentrokan Kembali Terjadi hingga Massa Bawa Batu dan Kayu
Kerusuhan di Tanah Abang pada Rabu (22/5/2019) dinihari menyebabkan 6 orang tewas. Bentrokan kembali terjadi hingga massa bawa batu juga kayu.
Penulis: Miftah Salis
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Kerusuhan di Tanah Abang pada Rabu (22/5/2019) dinihari menyebabkan 6 orang tewas. Bentrokan kembali terjadi hingga massa bawa batu juga kayu.
TRIBUNNEWS.COM- Kerusuhan saat aksi unjuk rasa hasil Pilpres 2019 atau Pemilu 2019 terjadi di Tanah Abang pada Rabu (22/5/2019) dini hari.
Kerusuhan terjadi ketika polisi yang memukul mundur massa demonstrasi mendapat perlawanan dari massa yang menolak untuk bubar.
Akibat kerusuhan tersebut, tiga orang dikabarkan menjadi korban penembakan.
Sebelumnya polisi sempat beberapa kali melakukan negosiasi namun mengalami kegagalan.
Massa bersikukuh menolak membubarkan diri.
Polisi kemudian terus mendorong massa untuk mundur dengan menembakkan gas air mata.
Sementara massa aksi membalas tembakan gas air mata tersebut menggunakan petasan.
Baca: Ulama FPI Bantu Polisi Halau Massa dari Luar Jakarta yang Bikin Rusuh di Flyover Slipi
Baca: 22 Mei Massa Mulai Datangi Bawaslu, Mengaku dari Sukabumi dan Cianjur, Kebanyakan Anak di Bawah Umur
Selain gas air mata, polisi juga mengerahkan personel bermotor untuk membubarkan massa aksi pada Rabu (22/5/2019) dinihari.
Tak hanya itu, polisi bahkan juga mengerahkan satu kendaraan taktis water cannon.
Mendapati hal tersebut, massa aksi tetap enggan beranjak dari lokasi.
Massa aksi kemudian melemparkan batu ke arah polisi.
Mengutip dari TribunJakarta.com, massa juga membuat kobaran api dan merusak besi pembatas jalan.
Berikut ini fakta dari kerusuhan di Tanah Abang pada 22 Mei dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber.
1. Sebanyak 6 orang tewas dan ratusan luka-luka
Gubernur DKI Jakarta melakukan kunjungan ke RS Tarakan untuk meninjau pelayanan kesehatan bagi korban aksi 22 Mei.
Dikutip Tribunnews.com dari Wartakotalive.com, Anies Baswedan menginformasikan hingga saat ini terdapat enam korban tewas dalam aksi 22 Mei dini hari.
Keenam korban penembakan meninggal dalam aksi 22 Mei itu tersebar di empat rumah sakit di Jakarta.
Sementara untuk korban luka-luka hingga pukul 09.0 WIB ada 200 orang.
"Jadi kira-kira ada 200 orang luka-luka per jam sembilan pagi ini, dan ada sekitar enam orang tercatat meninggal," ujar Anies Baswedan di RS Tarakan, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019) dikutip dari sumber yang sama.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan korban meninggal dalam aksi 22 Mei tersebar di beberapa rumah sakit.
Di RS Tarakan terdapat satu orang meninggal dunia, 2 di RS Pelni, 1 di RS Budi Kemuliaan, 1 di RS Mintoharjo, dan 1 di RSCM.
Baca: Mengenakan Jubah Putih, Massa sudah Padati Jalan Wahid Hasyim
Baca: Rangkuman Kerusuhan Aksi Massa 22 Mei 2019, Kericuhan di Depan Kantor Bawaslu-Area Asrama Brimob
Namun, Widyastuti belum mengetahui secara pasti penyebab dari korban meninggal.
"Belum tahu secara pasti ya sebabnya. Sepertinya ada luka akibat benda tajam tumpul dan luka-luka lecet. Ada juga luka robek dan beberapa menembus ke pembuluh darah di paru-paru," ungkapnya.
Sementara itu, di sosial media tersebar sejumlah video yang menyebutkan, polisi menggunakan peluru tajam untuk menyerang massa aksi unjuk rasa di depan kantor Bawaslu RI, Selasa (21/5/2019) malam.
Terkait hal tersebut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, membantah informasi yang menyebutkan, polisi mengamankan aksi unjuk rasa di Kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat menggunakan peluru tajam.
"Polisi tidak ada yang pakai peluru tajam (untuk mengamankan aksi unjuk rasa)," kata Argo.
Argo Yuwono telah meminta masyarakat untuk tidak menelan mentah-mentah informasi yang terdebar di media sosial.
"Jangan mudah percaya informasi di media sosial. Disaring dulu sebelum di-sharing," kata Argo seperti dikutip dari Kompas TV, Rabu (22/5/2019).
2. Bentrokan kembali terjadi
Sementara itu, pada Rabu (22/5/2019) pagi, bentrokan kembali terjadi di kawasan tanah Abang.
Bentrokan terjadi di bawah flyover Jalan Jatibaru, Tanah Abang sekitar pukul 09.00 WIB.
Sejumlah massa berkerumun di sekitar fly over dan sesekali berlarian.
Beberapa orang terlihat membawa batu dan kayu.
Dilansir dari tayangan Kompas TV, sejumlah massa tersebut melakukan penyerangan terhadap aparat yang sedang berjaga.
3. Stasiun Tanang Abang ditutup
Imbas dari kericuhan tersebut, PT Kereta Commuter Indonesia menutup Stasiun Tanah Abang.
Pengguna yang hendak berangkat ataupun turun di Stasiun Tanah Abang diminta untuk mencari alternatif lain.
Hal ini disampaikan oleh VP Corporate Communication PT KCI Anne Purba.
"Pengguna dengan tujuan Stasiun Tanah Abang dapat menggunakan Stasiun Karet, Sudirman, maupun Duri,” ucap Anne melalui keterangan tertulisnya, Rabu, dikutip dari Kompas.com.
Hingga saat ini, perjalanan KRL secara keseluruhan di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya masih beroperasi secara normal.
Anne Purba juga mengimbau pengguna KRL untuk mengutamakan keselamatan dan keamanan.
“Penumpang juga tidak boleh memaksakan diri untuk naik atau turun saat KRL maupun stasiun tujuan kondisinya sangat padat,” ucapnya.
Stasiun Tanah Abang ditutup hingga waktu yang belum ditentukan.
(Tribunnews.com/Miftah)