Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aksi 22 Mei Disebut Skenario Pemerintah, Moeldoko Geram: Nggak Logis!

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko geram setelah mendengar pernyataan jika aksi 22 Mei hingga peristiwa runtutannya merupakan skenario pemerintah.

Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Aksi 22 Mei Disebut Skenario Pemerintah, Moeldoko Geram: Nggak Logis!
Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko geram setelah mendengar pernyataan jika aksi 22 Mei hingga peristiwa runtutannya merupakan skenario pemerintah. 

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko geram setelah mendengar pernyataan jika aksi 22 Mei hingga peristiwa runtutannya merupakan skenario pemerintah.

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat bicara atas adanya pihak yang menilai bahwa keterangan yang disampaikan pihak kepolisian terkait aksi 22 Mei, kepemilikan senjata api ilegal, hingga rencana pembunuhan lima tokoh nasional hanya merupakan skenario pemerintah.

Diberitakan TribunWow.com dari Tribunnews.com, Moeldoko yang geram dengan penilaian tersebut menegaskan bahwa itu adalah hal yang tidak logis.

Pasalnya, tegas Moeldoko, pemerintah itu memiliki tugas melindungi masyarakat serta memberikan jaminan atas keselamatan warganya.

"Skenario bagaimana? Masak pemerintah buat skenario rusuh kan nggak logis," kata Moeldoko di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (12/6/2019).

"Pemerintah itu melindungi masyarakatnya, pemerintah memberikan jaminan atas keselamatan bagi warganya, kok malah membuat sebuah skenario. Ini menurut saya tidak benar, jangan mengada-ada," sambung dia.

Dijelaskan Moeldoko, alasan pemerintah melalui Kemenko Polhukam membuka informasi penyidikan dan penyelidikan Polri terkait kerusuhan aksi 22 Mei ini adalah agar masyarakat paham bahwa kejadian tersebut bukan merupakan suatu bentuk rekayasa.

Berita Rekomendasi

Moeldoko juga menegaskan bahwa pegakuan para tersangka yang videonya diputarkan di acara tersebut pun adalah apa yang sebenarnya terjadi.

Dijelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari proses penyidikan yang dilakukan pihak kepolisian.

"Jadi mana bisa orang itu‎ cerita ngarang saja. Ini berkaitan dengan pidana. Jangan main-main, tidak bisa dia mengatakan apa yang sesungguhnya dia lakukan dan seterusnya," tegas Moeldoko.

"Jadi jangan lah mengembangkan hal-hal yang tidak benar," imbuhnya.

Sementara itu, dalam konferensi pers terkait dalang kerusuhan aksi 22 Mei yang dilakukan pihak kepolisian di Kantor Menkopolhukam, Selasa (11/6/2019) itu, para tersangka berkali-kali menyebutkan nama mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen TNI (Purn), Kivlan Zen. 

Tersangka kerusuhan memaparkan soal keterlibatan Kivlan Zen dalam kerusuhan aksi 22 Mei juga atas rencana pembunuhan sejumlah tokoh nasional.

Sebagaimana diketahui, sejumlah tokoh yang disebut sebagai target pembunuhan adalah Menko Polhukam Wiranto, Kepala BIN Budi Gunawan, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, staf khusus presiden bidang intelijen Gories Mere, dan Direktur lembaga survei Charta Politika Yunarto Wijaya.

Diberitakan TribunWow.com, berikut ini pengakuan sejumlah tersangka terkait keterlibatan Kivlan Zen:

1. Pengakuan tersangka HL alias Iwan

Dalam video yang diputarkan, HL alias I yang diketahui sebagai leader dan juga eksekutor dalam rencana pembunuhan sejumlah tokoh mengaku bahwa senjata yang dimilikinya memiliki keterkaitan dengan Kivlan Zen.

"Senjata api yang ada kaitannya dengan senior saya, jenderal saya, yaitu Kivlan Zen," kata HL.

HL mengaku bahwa dirinya diberi uang oleh Kivlan sejumlah Rp 150 juta untuk membeli senjata api.

Tersangka kerusuhan 21-22 Mei, berinisial HL alias I yang sebagai leader dan juga eksekutor memberikan kesaksian berkaitan dengan senjata yang digunakan saat kerusuhan.
Tersangka kerusuhan 21-22 Mei, berinisial HL alias I yang sebagai leader dan juga eksekutor memberikan kesaksian berkaitan dengan senjata yang digunakan saat kerusuhan. (Capture Youtube Berita Satu)

"Dimana pada bulan Maret saya dipanggil Bapak Kivlan Zein, dalam pertemuan tersebut saya diberi uang 150 juta, untuk pembelian alat senjata yaitu senjata laras pendek dua dan senjata laras panjang dua," ujarnya.

Ia mengaku mendapat uang 150 juta dalam bentuk dolar Singapura dan langsung ditukar di money changer.

"Karena saya belum dapat senjata, saya dikejar-kejar oleh bapak Kivlan Zein, dan saat ditangkap membawa senjata satu buah."

HL mengatakan saat itu ia membawa satu senjata beserta 100 peluru atau amunisi.

"Yang akan saya gunakan apabila ada masa tandingan dan yang membahayakan anak buah saya maka saya bertanggungjawab untuk mengamankan seluruh anak buah saya."

"Dan tanggal 21 itu aksi demo di KPU, tapi karena massanya belum ramai saya kembali ke pangkalan jalan Proklamasi nomor 36."

"Adapun senjata yang saya miliki itu saya dapatkan dari ibu-ibu seharga dengan jaminan uang Rp 50 juta."

Sedangkan senjata yang dimilikinya jenis Kaliber 22 dan lens Gun Kaliber 22.

Ia mengatakan senjata yang didapatkan diserahkan kepada driver sekaligus ajudan Kivlan Zein.

Dan senjata lainnya diserahkan kepada seseorang bernama Udin, untuk menjadi alat pengawalan pribadi saat melakukan pemantauan.

2. Pengakuan tersangka Irfansyah

Dalam video lainnya, Irfansyah yang merupakan eksekutor rencana pembunuhan tokoh ini menceritakan soal pertemuannya dengan Kivlan Zen.

Irfansyah menceritakan soal dirinya yang diminta untuk mengamati Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dan mengeksekusinya.

Awalnya, Irfansyah mengaku bahwa dirinya sempat diminta untuk bertemu dengan Kivlan Zen pada bulan April, yaitu sekitar 2 hari setelah proses pencoblosan berlangsung.

"Pada bulan April sehabis pemilu 2 hari saya ditelpon untuk bertemu Pak Kivlan Zen di masjid, lalu keesokan harinya saya bertemu Yusuf," papar Irfansyah.

"Kita berangkat esok harinya mengendarai mobil Yusuf ke Pondok Indah."

"Lalu saat itu masuk sambil minum kopi dan makan, tak lama datang Pak Kivlan dan Eka supirnya, Pak Kivlan datang salat Ashar sebentar, setelah salat Ashar lalu memanggil saya masuk di dalam mobil Pak Kivlan, karena Pak Kivlan di dalam mobil sendiri," ungkapnya.

Tersangka kasus kerusuhan di aksi 21-22 Mei, Irfansyah mengaku bahwa Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya juga menjadi target pembunuhan kelompok aksi 21-22 Mei.
Tersangka kasus kerusuhan di aksi 21-22 Mei, Irfansyah mengaku bahwa Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya juga menjadi target pembunuhan kelompok aksi 21-22 Mei. (Capture Youtube BeritaSatu)

Dalam pertemuan tersebut, cerita Irfansyah, Kivlan Zen meminta dirinya untuk mengeksekusi Yunarto.

"Pak Kivlan mengeluarkan hp dan menunjukkan alamat serta foto Pak Yunarto lembaga quick count, dan mengatakan pada saya coba kamu cek alamat ini nanti kamu foto dan videokan," papar Irfansyah.

Irfansyah mengaku menyanggupi permintaan Kivlan Zen itu.

Setelahnya, Kivlan Zen lantas menyatakan akan memberikan uang operasional.

Kivlan Zen bahkan menjanjikan akan memberikan jaminan kepada keluarga dan istri, serta liburan ke manapun bagi siapapun yang berhasil mengeksekusi Yunarto.

"Beliau berkata kembali nanti saya kasih uang operasional Rp 5 juta cukuplah untuk bensin makan dan uang kendaraan, lalu saya jawab siap," ujar Irfansyah.

"Lalu Pak Kivlan berkata lagi kalau nanti ada yang bisa eksekusi nanti saya jamin keluarga dan istrinya serta liburan ke manapun."

Setelah pembahasan tersebut, ungkap Irfansyah, dirinya langsung disuruh untuk keluar dari mobil.

"Lalu Beliau memerintahkan Eka untuk mengambil uang operasional Rp 5 Juta," ungkap dia.

3. Pengakuan tersangka TJ

Sementara itu, eksekutor lain, TJ mengaku dirinya diminta untuk mengeksekusi Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, Budi Gunawan, dan Gories Mere.

Menurut keterangan TJ, seperti dalam video yang diputar, perintah itu didapatnya dari Kivlan Zen melalui Iwan.

"Saya mendapatkan perintah dari Bapak Mayjen Purnawirawan Kivlan Zen melalui Melalui Kurniawan Alias Iwan untuk menjadi eksekutor penembakan target atas nama, Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, Budi Gunawan, dan Gories Mere," terang TJ.

TJ mengaku, untuk melakukan hal tersebut, ia mendapatkan bayaran uang tunai sebesar Rp 55 juta.

Pengakuan tersangka TJ
Pengakuan tersangka kasus kerusuhan di aksi 21-22 Mei, TJ yang diminta untuk mengeksekusi Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, Budi Gunawan, dan Gories Mere. (Capture Youtube KompasTV)

Dijelaskan TJ, uang tersebut juga ia peroleh dari Kivlan Zen, melalui Iwan.

Tak hanya itu, TJ juga memaparkan senjata apa yang ia gunakan untuk mengeksekusi para tokoh tersebut.

"Rencana penembakan menggunakan senjata laras panjang, kaliber amunisi 22 dan senjata pendek. Senjata tersebut saya peroleh dari Kurniawan alias Iwan," ungkap TJ.

(TribunWow.com/ Ananda Putri Octaviani/Roifah)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Jawaban Moeldoko soal Keterangan Pers terkait Kerusuhan 22 Mei yang Dianggap Skenario Pemerintah

Sumber: TribunWow.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas