John Riady: Kebijakan Insentif PPN Properti Dorong Pertumbuhan Pasar Properti
Menurut John, berkat insentif PPN Properti, industri properti nasional yang sebelumnya diprediksi lesu justru memiliki prospek yang cukup cerah
Penulis: Sanusi
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Lippo Karawaci John Riady mendukung upaya Bank Indonesia (BI) yang mengusulkan kepada pemerintah agar kebijakan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) bisa dilanjutkan hingga akhir 2022 mendatang.
“Industri tentu saja menyambut baik usul Bank Indonesia kepada Pemerintah untuk memperpanjang kebijakan insentif PPN Properti berupa uang muka 0 persen PPN Properti, karena terbukti membuat penjualan hunian meningkat signifikan,” ujarnya, Jumat (3/12/2021).
Menurut John, berkat insentif PPN Properti, industri properti nasional yang sebelumnya diprediksi lesu justru memiliki prospek yang cukup cerah untuk memetik pertumbuhan berkesinambungan.
Baca juga: Pemulihan Ekonomi Dorong Kinerja Lippo Group
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang kuartal II-2021 sektor properti mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,82 persen. Angka tersebut menjadi kontribusi sektor properti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di periode ini yang mencapai 7,07 persen.
“Kebijakan insentif PPN properti akan memperkuat pasar properti bertumbuh,” katanya.
Diketahui usulan Bank Indonesia didasari kebijakan pro growth yang diusung pemerintah. Program itu sendiri merupakan bagian dari Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk mendorong roda perekonomian kembali berjalan pasca-pandemi Covid-19.
Di tempat terpisah Sekjen DPP REI, Amran Nukman, mengatakan insentif PPN DTP sejak Maret hingga akhir Desember tahun ini sangat berdampak besar pada penjualan properti para pengembang. Tercatat para pengembang yang memiliki hunian ready stock bisa mendorong peningkatan penjualan 30 persen-50 persen dari stimulus PPN.
"Pengembang yang punya stok rumah masih bisa memanfaatkan insentif ini. Kalau pengembang tidak ada stok rumah memang sulit untuk mengejar pelunasan dan serah terima di akhir Desember ini agar dapat memanfaatkan insentif PPN," ujar Amran beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, lanjutnya, REI tengah berupaya untuk mendorong pemerintah agar insentif PPN ini dapat diperpanjang hingga akhir tahun 2022. Menurutnya, potensi penambahan penyerapan PPN DPT mencapai Rp 2,107 triliun.
Baca juga: Kinerja SILO Diprediksi Solid, Lippo Karawaci Terimbas Positif
Selain perpanjangan insentif PPN perumahan, REI juga mengusulkan agar program pengakuan PPN DPT diperhitungkan pada tanggal transaksi pembelian. Lalu, insentif tersebut juga diusulkan agar berlaku bagi rumah inden dan bukan hanya ready stock saja.
Menurut John terdapat beberapa faktor yang ikut menopang kinerja sektor properti. Pertama, tingkat kepemilikan rumah yang masih cukup rendah, bahkan di kota besar seperti Jakarta. “Masih sekitar 40-50 persen,” ungkapnya.
Padahal, lanjutnya, Indonesia telah memasuki fase negara dengan pendapatan per kapita menengah, yakni 3.900 dolar AS. Pada level tersebut, sebagaimana terjadi pada negara berkembang lainnya, akan meningkatkan permintaan akan perumahan, terlebih 60 persen populasi merupakan segmen milenial yang produktif.
Selain pendapatan per kapita yang meningkat dan populasi milenial usia produktif itu, John menyebutkan faktor lain yaitu tingkat bunga rendah. Jika dibandingkan pada masa booming properti pada 2008-2012 yang dikerek melambungnya sektor komoditas, tren pertumbuhan saat ini jauh lebih mantap dan organik.
“Jadi yang beli bukan spekulan, justru yang betul-betul mencari rumah.” (*)