Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Puasa 18 Jam di Jerman

Adalah suatu keistimewaan bagi saya bisa menjalani bulan Ramadan kali ini di Jerman.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Puasa 18 Jam di Jerman
net
Seorang imam Masjid di Jerman sedang mempersiapkan malam Ramadan pertama di negeri Panser tersebut 

Oleh: Sri Rezeki
Mahasiswa Technische Universität Braunschweig Asal Pontianak

TRIBUNNEWS.COM,JERMAN--Saya adalah salah seorang mahasiswa yang berkesempatan untuk melanjutkan studi di negeri Panser, Jerman. Adalah suatu keistimewaan bagi saya bisa menjalani bulan Ramadan kali ini di Jerman.

Menambah keistimewaan karena Ramadan tahun ini jatuh bertepatan pada puncak musim panas. Artinya warga muslim di sini harus menjalani puasa selama 18 jam.

Wow, angka yang awalnya cukup membuat mental saya ciut, saat membayangkan harus melewati puasa dengan durasi sepanjang itu. Namun bagaimanapun, Ramadan tetaplah tamu agung yang seyogyanya disambut kedatangannya dengan sukacita.

Karena baginda Nabi Muhammad SAW berpesan "Barang siapa yang bergembira dan senang menyambut bulan suci Ramadan (karena iman dan Allah), maka Allah SWT akan mengharamkan jasadnya masuk neraka." (HR Bukhari dan Muslim)

Merupakan tantangan tersendiri untuk dapat menjalani ibadah Ramadan di Jerman. Iklimnya yang memiliki kelembaban udara yang rendah akan membuat tubuh cepat mengalami dehidrasi sehingga akan menjadi terasa lebih cepat haus pula.

Ditambah lagi dengan durasi puasanya yang tidak seperti biasanya di Indonesia. Perlu trik-trik tersendiri untuk menyiasati berpuasa di kondisi seperti ini, agar tubuh tetap fit untuk menjalani aktivitas harian maupun ibadah dengan lancar.

Berita Rekomendasi

Di musim panas saat ini, makan sahur berakhir rata-rata pukul 03.30 (waktu imsak) dan waktu berbuka puasa sekitar pukul 21.30. Saat pukul 18.00 biasanya tubuh sudah akan merasa lelah, karena seharian beraktivitas dan mulai terasa lemas karena kekurangan asupan energi.

Oleh karenanya, waktu seperti ini sampai menjelang berbuka puasa bisa dimanfaatkan untuk istirahat (tidur).

Saat sudah masuk waktu berbuka puasa, rasa kantuk dan capek sudah cukup terobati. Tubuh pun menjadi siap untuk diajak beribadah menghidupkan malam di bulan Ramadan, baik dengan aktivitas salat wajib, tarawih yang baru bisa dimulai setelah Isya (pukul 23.30), tilawah Alquran, diikuti makan sahur, salat subuh, dan kemudian kembali tidur.

Saya memilih siklus ini karena pengalaman teman-teman di sini, yang mencoba istirahat di antara waktu Isya dan subuh malah sering kebablasan tidurnya, sehingga melewatkan makan sahur. Setelah pagi menjelang, aktivitas dijalani tidak berbeda sebagaimana hari-hari biasanya, baik untuk kuliah, riset di laboratorium dan lain-lain.

Selama magrib sampai waktu sahur dianjurkan untuk memperbanyak minum dan mengonsumsi buah-buahan, agar di siang hari tubuh tidak cepat mengalami dehidrasi.

Info Ramadan:

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas