Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Jemaah Harus Salat Berjamaah Selama 55,5 Tahun

Salat berjamaah di masjid Tanah Air selama 55,5 tahun dianggap bisa menyamai seorang yang sekali salat dua rakaat berjamaah di Masjidil Haram.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Jemaah Harus Salat Berjamaah Selama 55,5 Tahun
TRIBUN BATAM/CANDRA P PUSPONEGORO
Umat Muslim memadati Kabah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Jumat (3/8/2012). 

Laporan Wartawan Tribun Batam, Candra P. Pusponegoro dari Mekkah Arab Saudi

TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Salat berjamaah di masjid Tanah Air selama 55,5 tahun dianggap bisa menyamai seorang yang sekali salat dua rakaat berjamaah di Masjidil Haram.

Ungkapan ini sering disampaikan oleh para pembimbing (muthawwif) untuk memberikan motivasi kepada para jemaah yang sedang melakukan ibadah umrah atau haji di tanah suci Mekkah dan Madinah Arab Saudi.

Terlebih jika mereka bersedia melakukan ibadah pada bulan Ramadan. Diyakini pahalanya akan dilipatkan menjadi beratus-ratus ribu kali lipat. Perhitungannya sederhana, berdasarkan hadis Nabi Muhammad, diterangkan apabila salat di Masjidil Haram Mekkah pahalanya dilipatkan 100.000 kali, di Masjid Nabawi Madinah 1.000 kali, dan di Masjidil Aqsha Palestina 500 kali.

Apabila seorang muslim melakukan sekali salat Subuh berjemaah maka pahalanya 27° dikalikan 100.000 sehingga jumlahnya 2.700.000°. Sedangkan jika mereka salat di luar Masjidil Haram, yakni Masjid Nabawi maka akan memperoleh 270.000°, dan salat di Masjidil Aqsha 135.000°.

Dalam riwayat hadis Muslim disebutkan salat di Masjid Nabawi itu lebih baik daripada 1.000 salat di tempat lain kecuali di Masjid Al Haram.

Jika mereka salat di luar 3 masjid itu secara berjemaah maka pahalanya hanya 27°. Dalam sehari, umat muslim diwajibkan salat berjemaah sebanyak 5 waktu (Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isya). Jika salat di masjid biasa dalam sehari akan mendapatkan pahala 135°, sebulan 4.050°, dan setahun 48.600°. Apabila 2.700.000° dibagi 48.600° maka hasilnya 55,5 tahun.

Berita Rekomendasi

Artinya, seseorang akan bisa menyamai orang muslim yang sekali melakukan salat Subuh 2 rakaat di Masjidil Haram maka dirinya harus salat berjamaah 5 waktu selama 55,5 tahun.

Ungkapan ini selalu disampaikan oleh ustaz Muhammad Nuruddin Alawy, salah seorang muthawwif di Arab Saudi yang senantiasa mentausiahi para jemaah dari Tanah Air, khususnya jemaah dari Nettour Batam Kepulauan Riau.

Lebih lanjut dia menegaskan, bukan hanya salat berjemaah saja yang akan diberikan ganjaran sebesar ini. Melainkan mereka yang berpuasa di tanah suci maka pahalanya seperti berpuasa selama 100.000 hari. Sehingga apabila mereka mendapatkan 10 hari puasa Ramadan di tanah suci secara otomatis pahalanya sebagaimana orang-orang yang melakukan puasa sepanjang 1.000.000 hari.

"Allah mengistimewakan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dengan beberapa keistimewaan yang tidak diberikan di masjid selainnya. Maka setiap orang yang mengerjakan kebaikan akan diberikan balasannya 100.000 kali lipat. Dan siapa yang melakukan dosa (kemaksiatan) maka dosanya jauh lebih besar dibandingkan dosa yang dikerjakan di tempat lainnya," ulas Muhammad Nuruddin.

Dengan demikian, siapapun yang berada di Tanah Suci, baik dia umrah atau haji pasti tidak akan berani melakukan kemaksiatan karena risikonya sangat jelas. Jangankan dilakukan secara lahir, kata Nuruddin, seseorang yang akan berniat jelek di lokasi tanah suci maka Allah langsung membalasnya. Contoh yang sering terjadi adalah seseorang yang merasa dirinya hebat maka balasan akan menimpanya bertubi-tubi.

Berdasarkan pengalamannya mengurusi jemaah umrah atau haji, banyak dari mereka yang tersesat pulang ke pemondokan atau hotelnya. Hal ini dikarenakan orang tersebut merasa lebih pintar dan hafal, yakni mengaku paham dengan jalanan menuju ke hotelnya.

Kenyataannya, setelah orang tersebut mengatakan itu, Allah langsung menyesatkan orang tersebut berjam-jam dan tidak berjumpa dengan hotelnya.

"Banyak jemaah yang tersesat saat hendak pulang menuju ke hotelnya setelah mereka salat di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram. Padahal hotel yang ditinggalinya hanya berjarak 100 meter. Akan tetapi karena ada rasa sombong (takabur) dan riya’ maka penglihatan mereka ditutup sama Allah sehingga untuk pulang menuju hotel yang jaraknya dekat tidak pernah bertemu," jelas Nuruddin.

Menurut pengakuan salah seorang jemaah, dirinya pernah menerima pengalaman pahit itu pada bulan Juni 2011 lalu. Kisahnya, teman serombongannya yang bernama AHM berprofesi sebagai nakhoda kapal kargo luar negeri. AHM menceritakan pengalamannya selama berada di dalam kapal bahwa seluruh benda terkecil pun bisa dimonitor dengan radar dan kompas.

Kala itu, dua puluh meter sebelum keluar halaman Masjid Nabawi, AHM mengatakan jika menggunakan penunjuk arah maka hotel yang dituju berada di sebelah barat masjid. Setelah AHM mengatakan hal itu, selama dua jam hotel Dar Al Eiman Grand Hotel di Off Siteen Street Central Area Madinah tempat tinggal keduanya tidak pernah ditemuinya. Setelah mereka mengucap istighfar (tobat) barulah berjumpa hotelnya.

"Subhanallah. Dua jam lebih kami berputar-putar mencari hotel namun tidak menjumpainya. Bahkan saya bertanya kepada polisi dan orang-orang setempat, mereka pun menunjukkan arah hotelnya. Tetapi saat kami mendatanginya, hotel tersebut tidak terlihat. Setelah kami memohon ampun kepada Allah, hotel yang kami cari sudah berada di depan kami bersimpuh," ujar salah seorang jemaah yang enggan disebutkan namanya kepada Tribun Batam (Tribun Network) di Mekkah, Rabu (8/8/2012).

Untuk itu, sebelum berangkat umrah atau haji biasanya para ustaz sudah menyampaikan nasehatnya sejak awal manasik (simulasi) umrah atau haji. Pada kesempatan itu, umumnya jemaah diminta untuk menjaga hati, pikiran, lisan, dan perbuataannya masing-masing selama berada di Tanah Suci. Salah satunya untuk membersihkan hati dengan memperbanyak salat taubat dan membaca istighfar.

"Oleh sebab mereka para tetamu Allah maka harus bersih lahir dan batinnya. Maka sebelum menjadi tamu Allah sebaiknya disucikan dulu. Di tanah haram tidak boleh mencampuradukkan dengan perbuatan yang dilarang syariat. Baitullah merupakan rumah Allah, tempat pendekatan diri kepada Sang Khalik, karena Kabah di bawah baital majmur langit ke tujuh," ujar Syukron Azis, ustaz asal Bone Sulawesi Selatan yang sudah 17 tahun bermukim di Mekkah Arab Saudi.

Baca Juga:

Sumber: Tribun Batam
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas