Datang Lebih Awal Antisipasi Jemaah Salat di Aspal
Menjelang 10 hari terakhir Ramadan 1433 Hijriah, umat Islam dari seluruh dunia terus membanjiri Kota Mekkah Arab Saudi.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Batam, Candra P. Pusponegoro dari Mekkah Arab Saudi
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Menjelang 10 hari terakhir Ramadan 1433 Hijriah, umat Islam dari seluruh dunia terus membanjiri Kota Mekkah Arab Saudi. Mulai Jumat (10/8/2012) dini hari, jutaan manusia secara terus-menerus memenuhi lantai dasar Kabah Masjidil Haram di Mekkah.
Tiga hari terakhir, kondisi sesak sudah mulai terasa. Setiap sudut dan ruang yang kosong di dalam Masjidil Haram sudah dihuni jemaah. Terkadang tangga digunakan untuk salat jemaah.
Hal ini dilakukan karena sudah tidak ada lagi ruang (celah) yang luang untuk jemaah yang hendak beribadah.
Menyikapi hal ini, umumnya jemaah umrah yang berasal dari Tanah Air harus ke masjid 2 jam sebelum pelaksanaan salat wajib (fardhu). Biasanya, 1 jam sebelum salat dimulai dan azan dikumandangkan, berangkat ke masjid 1 jam sebelum azan akan kebagian tempat. Tapi kini, jemaah harus menunggu minimal 2 jam sebelum salat dilakukan.
Jelang malam ke-23 Ramadan 1433 H ini, warga muslim yang tempat tinggalnya tidak jauh dengan Kota Mekkah terus berdatangan. Seperti dari daerah Riyadh, Jeddah, Najran, Yaman, Oman, Qatar, Kuwait, Irak, Iran, Jordan, Libanon, Palestina, dan lainnya mulai menghadiri salat Tarawih di kota suci umat Islam seluruh dunia itu.
"Sudah tiga hari terakhir ini kondisi Masjidil Haram mulai padat. Biasanya tidak sepenuh ini. Saya merasakan kondisi ini melebihi pada musim haji," ujar Ahmed Rhafaat, warga Mesir yang sedang menunaikan umrah di lokasi, Jumat (10/8/2012) pagi.
Bukan hanya Rhafaat, warga muslim dari Tanah Air juga menyatakan hal senada. Terlebih mereka yang sudah pernah menunaikan ibadah haji. Seperti yang dijelaskan oleh Hj Kamasiah jemaah Nettour Batam asal Tanjung Balai Karimun Kepri. Menurutnya, selama menunaikan haji 2 kali, lautan manusia tidak pernah sesesak itu.
"Suasana Ramadan di tanah haram ini sangat beda. Saya tidak merasakan panas, haus atau lapar yang berlebihan. Panas di sini tidak menyebabkan kami menjadi haus atau kepanasan.
Jadi siapa yang tidak ‘ngiler’ ingin beribadah selama Ramadan di tanah suci," ujar Kamasiah.
Pantauan Tribun Batam (Tribun Network) yang berada di lokasi, padatnya Masjidil Haram ini biasanya terjadi sebelum waktu berbuka puasa. Bahkan 2 jam sebelum berbuka jemaah terus berbondong-bondong ke masjid. Jika malam bertambah larut, jemaah tidak pernah surut mendatangi Kabah untuk Thawaf dan memanjatkan doa-doa.
Jemaah yang datang terlambat ke masjid dipastikan tidak akan mendapatkan tempat untuk salat. Menyiasatinya, sebelum mereka ke masjid dianjurkan membawa sajadah sendiri.
Tujuannya, apabila tidak kebagian tempat salat, mereka bisa tetap melakukannya di jalan raya (aspal) beralaskan sajadah itu.
"Sudah menjadi kebiasaan dan pemandangan yang umum di Tanah Suci. Siapa pun jemaahnya yang datang terlambat ke masjid maka salatnya di jalan raya (aspal). Kalau ingin dapat barisan (shaf) depan ya harus datang awal," ujar ustaz Muhammad Nuruddin Alawy pembimbing jemaah umrah Nettour Batam di Arab Saudi.
Baca Juga:
- Bahagia Jadi Sopir Bus Alamat Palsu di Tanah Suci
- 11.000 Orang Mudik Bareng Sidomuncul
- Pengusaha Sebatik Buka Bersama Napi Lapas Sungai Jepun
- Harga Tiket Sentuh Batas Atas Pada 16 dan 17 Agustus
- Anas Bersyukur Kedatangannya Didemo