Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Puasa adalah Perisai

Sejak dahulu kala, semua umat manusia yang beragama diperintah untuk menjalankan ibadah puasa meski waktunya berbeda-beda.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Puasa adalah Perisai
Taufik Ismail/Tribunnews.com
KH Cholil Nafis (batik cokelat) di Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/8/2014). 

Oleh: KH. Cholil Nafis, Lc., Ph D, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat dan Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PB NU

Puasa adalah kebutuhan umat manusia, yang pelaksanaannya sangat intim dan khusus kepada Allah SWT. Sejak dahulu kala, semua umat manusia yang beragama diperintah untuk menjalankan ibadah puasa meski waktunya berbeda-beda. Dan, semua cara puasanya adalah sama, yaitu meninggalkan makan, minum dan nafsu seksnya. Semua manusia yang ingin dirinya baik, membutuhkan latihan berpuasa.

Rasulullah SAW bersabda, "Puasa adalah perisai, maka janganlah dia berkata kotor dan bertindak dungu. Kalau pun ada orang yang mencela atau mencaci maki dirinya hendaknya dia katakan kepadanya, 'Aku sedang puasa'." [HR. Bukhari]

Perisai (tameng) adalah salah satu perlengkapan yang digunakan untuk melindungi diri seseorang dari bahaya. Perisai jelas merupakan salah satu perlengkapan perang. Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ini bukan berarti selain waktu puasa orang boleh mengucapkan kata-kata kotor. Hanya saja ketika sedang berpuasa maka larangan terhadap hal itu semakin keras dan semakin tegas.

Puasa adalah benteng diri yang menjaga stabilitas, antara kecenderungan jiwa baik dan kecenderungan nafsu buruk. Seseorang dapat melindungi dari nafsu yang mendorong berbuat jahat dengan cara berpuasa. Ketika sedang berpuasa dilatih untuk menjaga pandangan, pendengaran dan pembicaraan yang buruk, sehingga semua panca indranya terbiasa dalam kontrol dirinya.

Rasulullah SAW beberapa kali menegaskan tentang beberapa faedah bagi umat manusia untuk menghindari diri dari perbuatan keji. Diantaranya, Pertama, perintah puasa kepada orang yang diliputi oleh nafsu birahi, sedang dia tidak mampu untuk menikah. Maka diterapi dengan berpuasa karena bisa memberi pengaruh yang sangat baik untuk memelihara fisik dan kekuatan batin.

Kedua, puasa dapat menjaga seseorang dari perangai buruk dan melatih orang untuk selalu berbuat baik untuk menghindari permusuhan. Puasa mengajarkan untuk tidak ikut berbuat buruk kepada orang yang memusuhi, memaki dan yang mengajak perang. Tuntunan Nabi SAW bagi orang yang sedang berpuasa untuk tidak melayani orang yang mengganggunya karena ia sedang berpuasa.

Berita Rekomendasi

Ketiga, penjelasan Rasulullah SAW bahwa surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai. Sedangkan neraka dikelilingi oleh berbagai kesenangan syahwat. Oleh karena itu, puasa dapat menjadi sarana latihan untuk meninggalkan kesenangan nafsu dan mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan hati nurani, sehingga puasa menjadi penyekat antara orang yang berpuasa dengan neraka. Nabi SAW bersabda, "Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan Allah akan jauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan dengan sebab itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Seusai pertempuran perang Badar, Rasulullah menjelaskan bahwa perang melawan hawa nafsu dan ego diri sendiri adalah perang yang lebih besar dan tak pernah berhenti sampai manusia terkubur di bumi. Senantiasa berkecamuk pertempuran antara unsur-unsur positif dan negatif dalam diri manusia, pertempuran antara unsur malaikat dan setan, pertempuran antara ketundukan hampa dan keangkuhan manusia, pertempuran melawan diri sendiri, pertempuran untuk menundukkan ego di bawah hati nurani.

Puasa merupakan perisai. Perisai bagi hati agar tetap terjadi dalam kualitas baik dan bersinar sebagai cermin pancaran sifat-sifat ilahi. Perisai bagi hati nurani untuk menangkal setiap gempuran dari dorongan nafsu buruk yang cenderung mengingkari ajakan dan desakan akal budi.

Puasa menjadi penting menjadi benteng diri karena tujuan akhir dari puasa adalah mencapai derajat takwa. Takwa hanya dapat diwujudkan dengan mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangannya. Takwa sangat paralel dengan karakter inti hati nurani dan berlawanan dengan desakan nafsu. Semakin kuat dorongan hati nurani, semakin tak berdaya nafsu dan ego diri untuk mengendalikan akal budi. Maka, pada hari lebaran disebut hari kemenangan hati nurani mengalahkan hawa nafsu, dan manusia kembali pada fitrahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas