Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Pelajaran Dari Kisah Nabi Ibrahim, Doa Ini Mengubah Mekkah yang Tandus Jadi Kota yang Berkah

Agak mustahil, bagaimana mungkin di gurun batu, tak ada tumbuh-tumbuhan, bisa ada kehidupan. Itulah Mekkah yang dulu disebut Bakkah.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Pelajaran Dari Kisah Nabi Ibrahim, Doa Ini Mengubah Mekkah yang Tandus Jadi Kota yang Berkah
NU Online
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM - Agak mustahil, bagaimana mungkin di gurun batu, tak ada tumbuh-tumbuhan, bisa ada kehidupan. Itulah Mekkah yang dulu disebut Bakkah.

Di kelilingi banyak bukit, tapi bukit batu. Kering kerontang, panas menyengat. Tekstur tanahnya tak menarik.

Tapi, setiap tahun, puluhan juta orang dari negeri-negeri yang jauh bahkan sangat jauh datang menyesaki kota ini, dengan berjalan kaki, berkendara, dan sebagainya.

Itulah Mekkah yang dahulu didoakan Nabi Ibrahim agar menjadi kota yang berkah dan memberkahi; menjadi negeri yang selalu dirindukan banyak orang.

Walau kering kerontang, tapi tak kekurangan.

Alkisah, pulang ke Palestina, setelah mengantar anak (Ismail) dan isrtinya (Hajar) ke Mekkah, Nabi Ibrahim menengadahkan tangan ke langit, sambil berdoa:

Ya Allah sungguh aku telah menempatkan sebagian keturunanku di sebuah lembah tandus, dekat rumah-Mu, agar mereka mendirikan shalat. Jadikanlah sebagian manusia cenderung kepada mereka dan limpahkanlah rezeki berupa buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”.

Berita Rekomendasi

Dengan modal doa itu, Nabi Ibrahim berani meninggalkan sang istri dan anaknya yang masih bayi di lembah tandus itu.

Dikisahkan, Ibrahim sangat jarang menengok anak dan istrinya ini. Mungkin hanya tiga kali.

Namun, Allah mengabulkan seluruh item doa Nabi Ibrahim. Anak dan istrinya sehat, tak kekurangan suatu apa.

Pertama-tama Allah hanya membukakan sumur zamzam buat mereka, lalu berduyun-duyun orang dari daerah lain mendatangi Mekkah, membawa binatang ternak, gandum, dan lain-lain.

Orang luar membawa barang berniagaan, sumur zamzam menyediakan minuman.

Ajaib, air yang muncul dari sela-sela bukit batu itu tak pernah letih mengeluarkan air.

Sumur zamzam terus membasahi kerongkongan jamaah haji dan umrah yang kehausan, dari masa ke masa, sejak zaman Nabi Ibrahim hingga kita sekarang.

Mekkah pun tak pernah kekurangan pangan. Jamaah haji dan umrah yang datang silih berganti terus berdampak secara ekonomi.

Mereka datang bukan hanya untuk beribadah melainkan juga berniaga.

Suka atau tidak, Mekah akhirnya bukan hanya menjadi pusat aktivitas keberagamaan, melainkan menjadi area yang menarik secara bisnis-perniagaan.

Itulah sebabnya, Mekah selalu hidup, siang dan malam.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah ini?

Doa adalah senjata kaum beriman. Doa bisa mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin.

Nabi Ibrahim sudah meneladankan, kita saja yang perlu istiqomah mengamalkan.

Apalagi berdoa di bulan Ramadan; bulan penuh berkah dan ampunan.

Artikel yang ditulis KH Abdul Moqsith Ghazali, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU ini telah dipublikasikan di Nu.Online

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas