Cerita Gunung Tambora Menjadi Nama Masjid dan Kecamatan di Jakarta Barat
Masjid Jami Tambora ini dibangun oleh Kiai Haji Moestoyib dan Ki Daeng beserta ulama lainnya yang berasal dari Makasar, Sulawesi Selatan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bila menyebut nama Kecamatan Tambora, Jakarta Barat pasti yang terlintas di benak kita yakni soal kebakaran dan pemukiman padat penduduk.
Namun siapa sangka bila di kecamatan ini rupanya terdapat banyak masjid tua nan bersejarah.
Satu diantaranya yakni Masjid Jami Tambora yang terletak di Jalan Tambora Masjid Nomor 11, Tambora, Jakarta Barat.
Konon, masjid inilah yang membuat wilayah ini diberi nama Tambora yang merupakan nama sebuah gunung aktif di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Masjid yang letaknya tepat berseberangan dengan Kali Krukut ini telah ada sejak tahun 1761 atau tahun 1181 Hijriah.
Hal itu tertulis dari plang di masjid tersebut serta penjelasan mengenai sejarah Masjid Jami Tambora yang tertera di teras masjid.
"Iya masjid ini memang dibangunnya sudah dari tahun 1761," ujar Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Jami Tambora, Zainal Arifin saat berbincang dengan TribunJakarta.com, Selasa (22/5/2018).
Zainal menjelaskan Masjid Jami Tambora ini dibangun oleh Kiai Haji Moestoyib dan Ki Daeng beserta ulama lainnya yang berasal dari Makasar, Sulawesi Selatan.
Namun, para ulama itu telah lama tinggal di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di kaki Gunung Tambora.
Karenanya, untuk mengenang jasa dan daerah para pendiri masjid ini berasal maka masjid ini diberi nama Masjid Jami Tambora.
Hal itu juga membuat nama wilayah ini berubah dari yang tadinya bernama kampung Angke Duri menjadi Tambora hingga kini.
Berdasarkan cerita sejarah, ujar Zainal, KH.Moestodijb dan Ki Daeng tiba di Batavia pada tahun 1756 atau lima tahun sebelum mereka mendirikan Masjid Jami Tambora
Kala itu kedua ulama itu terpaksa diasingkan ke Batavia oleh kompeni lantaran menentang kebijakan kompeni.
Alhasil mereka pun dikenai hukuman kerja paksa selama lima tahun di Batavia.
"Jadi para ulama ini awalnya datang ke Jakarta karena diasingkan dan harus menjalani hukuman kerja paksa oleh penjajah," kata Zainal.
Namun setelah hukuman itu berakhir, keduanya tak pulang ke Sumbawa, melainkan menetap di kampung Angke Duri dan berkenalan dengan ulama setempat.
"Dari sanalah muncul ide untuk membangun sebuah masjid di kampung Angke Duri yang kini merupakan wilayah Tambora ini," jelas Zainal.
Awal berdirinya masjid, seluruh kegiatan masjid dipimpin oleh KH Moestodjib sampai beliau wafat pada 1836.
Selepas wafatnya KH Moestodjib, kepemimpinan masjid ini beralih ke Imam Saiddin yang juga mengemban amanah itu sampai dirinya wafat.
Setelah Imam Saiddin wafat, masjid pun beberapa kali mengalami pergantian pimpinan.
Hingga akhirnya pada 1950, pimpinan masjid ini dipegang oleh Madsupi dan kawan-kawannya yang merupakan warga asli Tambota.
Dan pada 1959 resmi didirikan Yayasan Masjid Jami Tambora untuk mengurus serta merawat masjid ini sampai saat ini.
Penulis: Elga Hikari Putra
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Siapa Sangka Masjid Ini Jadi Asal Usul Nama 'Tambora' di Jakarta Barat, Begini Kisahnya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.