Berbagai Penyakit Bisa Ditangkal dengan Tradisi Shalawat Rodad, Tubuh Pun Terasa Bugar
Shalawat Rodad selain sarat akan pesan dan nilai-nilai pada ajaran agama Islam, ternyata juga berkhasiat untuk menjaga kebugaran tubuh.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin
TRIBUNNEWS..COM, BANTUL - Shalawat Rodad selain sarat akan pesan dan nilai-nilai pada ajaran agama Islam, ternyata juga berkhasiat untuk menjaga kebugaran tubuh.
"Jika rutin dilakukan, Shalawat Rodad ini bisa menyembuhkan penyakit gula dan penyakit dalam. Tubuh menjadi bugar," tutur Koordinator Shalawat Rodad Desa Banjarharjo II, Muntuk, Dlingo, Ahmadi.
Rodad merupakan satu seni shalawat yang terbilang langka.
Cara memainkannya dengan menyuguhkan gerakan-gerakan refleksi terapi kesehatan.
Dilakukan dengan cara duduk memegang kipas, sesekali berdiri, kemudian serong kekiri-kekanan, maju ke depan dan ke belakang.
Menurutnya, khasiat dari gerakan-gerakan yang ada pada shalawat rodad ini bisa menjadi obat bagi kebugaran tubuh.
Untuk mengusir kemalasan, zaman dahulu, banyak santri-santri di musala desa Banjarharjo II yang rutin belajar shalawat rodad, siang dan malam.
"Rutin latihan setiap hari ternyata bukan membuat tubuh para santri lemas, tetapi justru menambah kebugaran tubuh," ungkap dia.
Ahmadi percaya bahwa kebugaran tubuh yang didapatkan para santri dihasilkan dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada saat melakukan shalawat rodad.
Para pemain shalawat Rodad di Banjarharjo II ini terbagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama bertugas melakukan gerakan sambil memegang kipas. Kelompok ini disebut leyeh.
Sementara, kelompok kedua, terdiri dari para pelantun shalawat dan penabuh rebana, biasa usianya lebih tua, kelompok ini disebut dalang.
Dalam shalawat rodad, antara alunan rebana, bunyi shalawat yang dilantunkan dan gerakan leyeh harus membentuk harmonisasi dan kekompakan. Sehingga tampak serasi dan indah.
Koordinator Shalawat Rodad Banjarharjo II, Ahmadi, mengatakan shalawat rodad sudah ada di desa Banjarharjo II sejak 65 tahun silam, tepatnya tahun 1953.
Shalawat ini sendiri diajarkan oleh nenek moyang pendahulu mereka.
Awal mulanya, shalawat Rodad di desa Banjarharjo II diajarkan oleh lima orang tokoh agama.
Kelima tokoh agama itu antara lain, Ahmad karsum, Mbah Mujahid, Mbah Dolah Sadid, Mbah Mustang, dan Mbah Abdurrahman.
"Lima orang ini yang awal mula mengajari Shalawat Rodad di desa Banjarharjo II setelah sebelumnya belajar shalawat Rodad di Giriloyo, Imogiri," tuturnya.
Hingga hari ini, Shalawat Rodad di desa Banjarharjo II masih lestari dan masih sering dimainkan oleh masyarakat ketika malam maupun menjelang waktu berbuka puasa. (*)