Tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar, Keistimewaan Lailatul Qadar hingga Ketentuan Itikaf
Berikut ini tanda datangnya malam Lailatul Qadar, serta keistimewaan Lailatul Qadar hingga ketentuan melakukan itikaf
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Fathul Amanah
Berikut ini tanda datangnya malam Lailatul Qadar, serta keistimewaan Lailatul Qadar hingga ketentuan melakukan itikaf
TRIBUNNEWS.COM - Bulan Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir.
Hal tersebut menandakan bahwa di akhir bulan Ramadhan, para umat muslim akan mencari malam Lailatul Qadar.
Malam Lailatul Qadar sangatlah istimewa lantaran malam tersebut lebih baik dari 1000 bulan.
Baca: Pengertian & Amalan yang Dianjurkan di 10 Hari Terakhir Ramadan Termasuk Cara Meraih Lailatul Qadar
Bagi yang menjalankan ibadah sunnah di malam Lailatul Qadar, makan pahala dari ibadah sunnah tersebut akan dilipatkan sebanyak 1000 bulan.
Manusia biasa tidak tahu kapan tepatnya malam Lailatul Qadar tersebut datang.
Namun, terdapat tanda-tanda alam yang bisa jadi pertanda datangnya malam Lailatul Qadar.
Wahid Ahmadi yang merupakan Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah menjawab bahwa tanda saat Lailatul Qadar datang adalah malam tersebut sangat menentramkan.
Hal tersebut merupakan tanda Lailatul Qadar yang disebutkan nabi dalam sebuah hadist.
Suasana malamnya sangat berbeda, dan sangat membuat kita merasa kedamaian.
Kemudian pada siang harinya, setelah malam Lailatul Qadar itu, matahari bersinar di pagi hari secara redup.
Seperti layaknya bukan yang tidak hanya memancarkan cahaya redup.
Tanda-tanda fisik datangnya malam Lailatul Qadar hanya itu saja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“…Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu.” (HR. Ahmad)
Keistimewaan Malam Lailatul Qadar
Di dalam malam Lailatul Qadar banyak kemuliaan yang terjadi.
Hal tersebut dijelaskan dalam Alquran surat Al-Qadr.
Dosen IAIN Surakarta, HJ. Ari Hikmawati, S.Ag., M.Pd, mengatakan, salah satu kemuliaannya adalah turunnya Alquran.
Lailatul Qadar disebut malam yang lebih baik dari 1000 bulan karena Asbabun Nuzul dari Lailatul Qadar berawal pada saat Rasulullah menceritakan pada sahabat.
Rasulullah bercerita bahwa para Bani Israil beribadah tanpa maksiat selama 80 bulan berturut-turut.
Kemudian para sahabat juga berkeinginan hal serupa juga terjadi dan dijalani oleh para sahabat.
Kemudian turunlah malaikat Jibril menurunkan surat Al-Qadr pada Nabi Muhammad bahwa umatnya juga bisa melakukan itu dengan adanya malam Lailatul Qadr yang satu malam bernilai seribu bulan.
Kalau disamakan bisa 83 tahun kurang lebih.
Jadi hampir sama dengan apa yang dijalankan Bani Israil pada saat itu.
Amalan yang Dianjurkan saat Malam Lailatul Qadar
Amalan yang dicontohkan Rasulullah ketika malam Lailatul Qadar adalah melaksanakan iktikaf di masjid.
Dianjurkan banyak membaca doa di antaranya "Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul 'affwa fa'fu 'anni"
dan "Robbana atina fiduunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar"
Kemudian dianjurkan juga banyak shalat malam, shalawat, shodaqoh pada malam Lailatur Qoadar.
Ibadah di malam Lailatul Qadar akan diterima bagi mereka yang mempunya hati bersih.
Hal ini karena di 10 hari pertama Ramadhan adalah upaya membersihkan hati sehingga pada 10 hari terakhir hati sudah bersih.
Ketentuan Melaksanakan Itikaf
Secara etimologi, itikaf berarti berdiam diri di suatu tempat.
Namun, itikaf jika secara syariat adalah mengurung diri dalam masjid untuk melakukan ibadah sunnah.
Hukum itikaf adalah sunnah dan itikaf dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan Ramadhan, khususnya pada saat sepuluh hari terakhir untuk menyambut datangnya malam Lailatul Qadar.
Hal utama pada saat melakukan itikaf adalah berniat karena Allah SWT.
Saat melakukan itikaf, kita tidak boleh keluar masjid.
Wahid Ahmadi mengatakan, yang diperbolehkan hanya saat melakukan kegiatan mendesak seperti buang air kecil atau berwudhu.
Dahulu Rasulullah melaksanakan itikaf melakukan segala kegiatan di dalam masjid, bersantap buka dan sahur, tidur, dan melakukan ibadah.
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW biasa beritikaf pada tiap bulan Ramadhan sepuluh hari, dan tatkala pada tahun beliau meninggal dunia beliau telah beritikaf selama dua puluh hari. (HR Bukhari).
(Tribunnews.com/ Renald/ Nila Irdayatun Haziha/ Daryono)