Kisah Jusuf Hamka, Masjid Babah Alun Desari dan Pahit-getir Perjuangannya di Masa Susah
Masjid Babah Alun Desari dikenal dengan arsitekturnya yang unik bernuansa oriental di pinggir Gerbang Tol Cilandak, Jakarta Selatan.
Editor: Choirul Arifin
Ada Keberagaman
Kini, Masjid Babah Alun Desari, yang dibangun oleh Jusuf Hamka menjadi salah satu destinasi wisata religi di Jakarta Selatan.
Lokasinya ada di pinggir Gerbang Tol Depok-Antasari, tepatnya tak jauh dari Gerbang Tol Cilandak Utama, Jakarta Selatan.
Bangunan tersebut dominasi dengan warna merah. Kalau dilihat sekilas, tampak seperti kuil atau klenteng.
Pada bagian tengahnya, terdapat sebuah kubah yang menjadi cirikhas dari sebuah masjid.
'Masjid Babah Alun' begitu tulisannya.
Dengan warna merah menyala, serta bentuk atap yang melengkung, masjid ini menggambarkan budaya khas Tionghoa.
Tampilan ala oriental tersebut juga didukung dengan ornamen-ornamen lainnya seperti pintu, jendela, serta tiang-tiang pilar yang berdiri kokoh.
Menurut Jusuf, arsitektur masjid Babah Alun sendiri memang dibuat dengan akulturasi 3 budaya sebagai simbol keberagaman.
Diantaranya budaya Tionghoa, budaya Arab dan budaya Betawi.
Untuk budaya islami, dituangkan lewat kubah yang dilengkapi kaligrafi Asmaul Husna pada bagian dalam masjid.
Selain itu masjid ini juga dipercantik dengan sentuhan-sentuhan khas betawi pada beberapa bagiannya.
Menariknya, kaligrafi-kaligrafi Asmaul Husna di bagian kubah masjid juga dilengkapi dengan terjemahan bahasa mandarin. Hal ini bukan tanpa alasan.
Menurut Jusuf, selain untuk menggambarkan keberagaman, kombinasi kaligrafi dengan tulisan mandarin tersebut sekaligus untuk memudahkan para mualaf keturunan Tionghoa dalam mempelajari Asmaul Husna.