Asal Usul Rawabangke dan Sejarah Panjang Masjid Jami Al Anwar, Masjid Tertua di Jatinegara
Nama Masjid Jami Al Anwar pastinya sudah tidak asing bagi warga Jatinegara, Jakarta Timur, khususnya mereka yang tinggal di kawasan Rawabunga.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Masjid Jami Al Anwar pastinya sudah tidak asing bagi warga Jatinegara, Jakarta Timur, khususnya mereka yang tinggal di kawasan Rawabunga.
Kawasan yang menjadi tempat berdirinya masjid tersebut ternyata punya cerita tersendiri.
Pencerita sejarah Masjid Jami Al Anwar, Muhammad Rasyid mengungkap bila kawasan tersebut sebelum dikenal menjadi Rawabunga, awalnya bernama Rawabangke.
Rasyid menuturkan nama Rawabangke sudah ada sejak masa penjajahan Belanda alias sudah ratusan tahun lalu.
Dulunya, jelas Rasyid, banyak masyarakat pribumi yang dipekerjakan paksa oleh Belanda.
Banyak rawa di sekitar lokasi seketikar diubah menjadi jalan dan rel kereta api.
Baca juga: Beribadah Sambil Menikmati Keindahan Arsitektur Ala Turki di Masjid At-Tin Taman Mini
Kejamnya masa itu, membuat banyak korban berjatuhan, terutama di kawasan Jatinegara.
Banyaknya jenazah itulah yang menjadi nama Rawabangke muncul.
"Sejarah Rawabangke? Ada versi lama dan versi Belanda. Versi Belanda itu pada zaman itu sedang kerja rodi, membuka hutan dan rawa untuk membangun rel KA dan jalan," kata Rasyid di Jatinegara, Selasa (20/4/2021).
Baca juga: Masjid Jami Al-Ma’mur Cikini, Dibangun Tahun 1890 dan Cerita tentang Pengkhianatan Kolonial Belanda
"Banyak yang berguguran saat kerja rodi dan banyak yang meninggal begitu saja (memakan korban). Sehingga banyak mayat-mayat itu. Jadi banyaknya mayat itu yang buat di sini disebut Rawabangke. Itu sekitar tahun 1812-1840-an lah itu," tambahnya.
Selain itu, Masjid Jami Al Anwar menjadi tempat ibadah satu-satunya yang di Jatinegara pada kala itu.
Didirikan Datuk Umar atau biasa disebut Datuk Biru, masjid ini menjadi saksi sejarah adanya Rawabangke.
Sekilas soal Masjid Jami Al Anwar
Sudah ada sebelum tahun 1700-an, pondasi, Pintu hingga mimbar di Masjid Jami Al Anwar, Jatinegara, Jakarta Timur sudah berumur ratusan tahun.
Meski tak terlalu besar, nyatanya Masjid Jami Al Anwar ini sudah berumur ratusan tahun dan telah mengalami beberapa kali pemugaran.
Muhammad Rasyid menuturkan pada masanya masjid Jama Al Anwar menjadi tempat ibadah satu-satunya yang ada di Jatinegara.
Suasana tempo dulu yang masih hutan dan sawah, membuat jarak antar rumah penduduk berjauhan.
Hingga akhirnya para ulama di masa itu mencetuskan untuk menghadirkan sebuah masjid sederhana untuk masyarakat beribadah.
"Jadi menurut dokumen yang pernah saya tahu dari peninggalan KH Abdul Salam Bin Hasni bin Husen Bin Adnan renovasi yang ke-10 saja 1930-1934. Itu zaman Belanda. Masjid ini sudah ada tahun 1700-an dan kemungkinan juga sebelum itu," katanya.
Baca juga: Makassar Mendunia, Masjid 99 Kubah Muncul di Surat Kabar Jerman & Jadi Daya Tarik Perayaan Ramadan
Setelah melalui kesepakatan bersama, akhirnya para warga desa melakukan urunan atau patungan untuk menyumbangkan pondasi masjid.
Sekira ada 12 desa pada masa itu yang menyumbangkan 12 tiang kayu jati asli Jawa Timur.
"Tiang 12 ini asli. Jadi dulu satu desa urunan satu tiang. Itu kayu jati dari Jawa Timur. Jadi masjid ini sudah sangat tua sekali. Aslinya tiang 12, dibangun oleh 12 desa," lanjutnya.
Selanjutnya, enam pintu kayu di bagian samping masjid juga merupakan bangunan asli.
Sementara mimbar yang digunakan untuk khutbah juga masih asli sejak masjid ini berdiri.
"Jadi masih ada lagi yang merupakan bangunan asli. Mimbar ini sudah berumur ratusan tahun dan 6 pintu di samping masjid itu masih asli," ucapnya.
Masjid tertua di Jakarta Timur
Menjadi masjid satu-satunya masjid pada masa itu, Rasyid mengklaim Masjid Al Anwar sebagai masjid tertua di kawasan Jakarta Timur.
Keberadaannya yang diperkirakan sebelum tahun 1700-an membuat masjid ini sentral dakwah pertama di Jakarta Timur.
"Ini sentral dakwah. Untuk Jakarta Timur ini masjid tertua. Dari 1700-an. Sebelumnya juga kemungkinan sudah ada," jelasnya.
Baca juga: Masjid London Sediakan Makanan Berbuka Puasa untuk Tenaga Kesehatan Selama Ramadan
Karena itu, banyak ulama yang datang silih berganti di masjid ini untuk mensyiarkan agama islam.
Selain itu, Rasyid menjelaskan mulanya masjid ini dicetuskan Datuk Umar.
Banyaknya pejuang pada masa itu, turut membuat masjid ini sebagai tempat mengatur strategi melawan Belanda selain untuk syiar islam.
Sebab makam Datuk Umar dan anaknya, Datuk Ali berada di dalam Masjid Jami Al Anwar.
"Tahun 50-an enggak ada Jakarta Timur adanya Jakarta Selatan Dua. Jadi dulu dibangun dan sederhana aja, seperti Masjid Demak karena ini memang Betawi, Demak dan Banten satu guru," jelasnya.
"Kemungkinan dibangun oleh keturunan atau trah-trah, baik Sultan Banten maupun Cirebon. Sampai tahun 60-an orang dari mana-mana, seperti Cawang, Kayu Manis, Pulogadung salatnya di sini," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Asal Muasal Nama Rawabangke Sebelum Dikenal Menjadi Rawabunga di Jatinegara