Mengenal Al-Qur'an Tulis Tangan Tertua di Sulawesi Tenggara, Kertasnya Dibuat dari Kulit Kayu Mahoni
Bagian bawah Al-Qur'an tampak lusuh kehitaman, sisi kiri dan kanan sebagian telah sobek dimakan usia.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, KENDARI - Ada yang menarik tersimpan di dalam etalase di Museum Provinsi Sultra yang berlokasi di depan eks MTQ Tugu Religi Sultra, Jl Abunawas, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari.
Adalah kitab suci Al-Qur'an tulis tangan tertua di Sulawesi Tenggara (Sultra) berusia 500 tahun dari Kerajaan Muna pada abad ke-15 silam.
Al-Qur'an tulis tangan tertua itu diletakkan di Ruang Filologi, Fitting Lantai 2 Museum Sultra, diapit di antara naskah bersejarah lain.
Kitab suci umat Islam yang dibuat pada tahun 1501 ini ditempatkan di atas rekal atau dudukan meja lipat berbahan dari kayu.
Bagian bawah Al-Qur'an tampak lusuh kehitaman, sisi kiri dan kanan sebagian telah sobek dimakan usia.
Tetapi, huruf aksara arab tulisan Al-Qur'an ini masih terlihat terang dan jelas, sehingga masih bisa terbaca.
Kurator Museum Sultra, Agung Kurniawan menjelaskan Al-Qur'an tulis tangan itu diperoleh dari warga Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Provinsi Sultra pada tahun 2000.
"Ditemukan di masyarakat, ketika kita mengadakan penelitian tentang koleksi atau pengadaan benda koleksi," kata Agung Kurniawan di Kendari, pada Rabu (6/4/2022).
Sebelum dibawa ke Museum Sultra, Al-Qur'an itu beserta pemiliknya dibawa ke Laboratorium Museum Nasional untuk diteliti.
Al hasil, penelitian membuktikan Al Qur'an itu ditulis tangan, berdasarkan beberapa hal.
Seperti, degradasi warna tulisan tidak konsisten atau tidak ditulis menggunakan mesin cetak.
Di samping itu, kertas Al Qur'an tertua ini dibuat dari kulit kayu Mahoni.
"Tintanya dari getah buah-buahan, diramu dari berbagai buah persik, getah jati dan berbagai buah bergetah lainnya," katanya.
Sementara, alat untuk menggoreskan aksara Arab tersebut menggunakan lidi dari daun enau.
"Tapi, sampai saat ini penulisnya belum diketahui," imbuhnya.
Baca juga: Kemenag Terima Bantuan 1 Ton Kurma dan 3.000 Eksemplar Alquran dari Arab Saudi
Masa Raja Sugimanuru
Dari hasil penelitian juga terungkap, Al-Qur'an itu diperkirakan tak hanya satu, melainkan ada beberapa kitab yang sama beredar sekira abad ke-14 sampai 15.
Pada masa itu, ajaran Islam diperkirakan pertama kali masuk dan berkembang di Sulawesi Tenggara.
Ajaran Islam di masa itu dibawa Syech Abdul Wahid, pedagang dari Arab Saudi, masuk ke tanah Kabupaten Muna.
Saat itu, Kerajaan Muna dipimpin Raja Sugimanuru, tetapi Sugimanuru belum menganut agama Islam, melainkan agama kepercayaan masyarakat lokal.
"Tapi Raja Sugimanuru ini tidak melarang penyebaran agama Islam, malah merestui anaknya Lakilaponto untuk mendalami agama Islam," beber Agung.
Melalui Lakilaponto, ajaran Islam di Sultra disebarkan ke tanah Buton, Konawe, hingga sampai di tanah Maronene, Bombana.
"Di Buton Lakilaponto sebagai Sultan Murhum, di Konawe disebut Haluoleo, Raja Konawe, membantu menyebarkan Islam," ungkapnya.
Menurut Agung Kurniawan, Al-Qur'an tulis tangan ini menjadi benda koleksi 'Masterpiece' di Museum Sultra.
Benda koleksi masterpiece itu pun membuat turis asing asal Belanda, berdecak kagum setelah melihat Al-Qur'an tulis tangan tersebut.
"Turis dari Belanda, dia cuma mengamati, dia kagum, dan hampir tidak percaya ada Al Qur'an tulis tangan yang masih ada sampai sekarang," tuturnya.
Dipakai Jimat
Agung mengatakan, Al Qur'an itu masih bertahan sampai 500 tahun karena bahan dasarnya terbuat dari alam.
Selain itu, pada saat Al-Qur'an ini berada di tangan warga Kabupaten Muna pada abad ke-18, jarang digunakan.
Bahkan, kata Agung, Al-Qur'an tulis ini dijadikan jimat pada masa lampau.
"Dijadikan jimat, disimpan di lemari baik-baik dibungkus secara tradisional pakai dedaunan," katanya.
Selain itu, Al-Qur'an tulis tangan ini dirawat dengan metode modern bernama fumigasi, diasapi menggunakan bahan kimia, agar tidak dihidupi jamur dan dimakan bakteri.
Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Hukum Berat Penceramah Yang Minta 300 Ayat Alquran Dihapus
Butuh Anggaran Perawatan
Al-Qur'an tulis tangan dan sejumlah kitab bersejarah rutin dirawat setiap tahun dengan cara modern, fumigasi.
Dalam setiap fumigasi, pihak Museum Sultra menelan anggaran sebesar Rp 150 juta untuk membeli lima jenis bahan kimia.
Namun, pada tahun 2022 ini, benda koleksi di Museum Sultra itu urung mendapatkan perawatan.
"Belum ada anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK), masih diusahakan APBD 2022," kata Agung Kurniawan.
Agung mengatakan, Museum Sultra tak lagi mendapatkan DAK dari Direktorat Jenderal Permuseuman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Dikbud Ristek) 2021 sampai 2022.
Menurut Agung, Kementerian Dikbud Ristek mem-blacklist anggaran Museum Sultra, karena kasus pencurian benda pusaka 2021 lalu.
"Akibatnya kami tidak punya kegiatan, kami sudah komplen juga, apa hubungannya pencurian di museum, padahal benda-benda itu butuh dirawat," tandasnya. (TribunnewsSultra.com/Fadli Aksar)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com dengan judul Mengintip Al-Qur'an Tulis Tangan Tertua di Sulawesi Tenggara, Berusia 500 Tahun dari Kerajaan Muna