Salat Id Menghadap Sandal, Bagaimana Hukumnya?
Terkadang Salat Id di tanah lapang membuat Anda waspada jika barang-barang hilang, semisal sandal dan sepatu.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Umat Islam seluruh dunia segera merayakan Hari Raya Idul Fitri setelah berpuasa sebuan penuh.
Idul Fitri ditandai dengan ibadah Salat Id, yang biasanya dilaksanakan di masjid atau di lapangan terbuka.
Pada saat melaksanakan salat di lapangan, ada kebiasaan kecil yang tidak disengaja oleh para jamaah salat yaitu menaruh sandal di depan tikar dan sajadah, sehingga pada saat salat kita menghadap ke sandal.
Lantas, bagaimana hukumnya?
Pertanyaan ini kerap diajukan jelang Hari Raya Idul Fitri tiba.
Saat Salat Idul Fitri di lapangan tentu Anda juga memperhatikan persiapannya.
Baca juga: H-1 Lebaran Terminal Kampung Rambutan Masih Ramai, Pemudik Berharap Bisa Salat Id di Kampung Halaman
Seperti membawa perlengkapan alat salat termasuk sajadah.
Terkadang Salat Id di tanah lapang membuat Anda waspada jika barang-barang hilang, semisal sandal dan sepatu.
Oleh karena itu tak jarang jemaah memilih membawa sandal mereka ada juga yang meletakkannya di hadapan tempat sujud.
Lalu, bolehkan salat menghadap sandal saat melaksanakan Salat Id tersebut?
Dikutip dari Salaf Ittiba, melaksanakan Salat Id di lapangan memiliki adab dan syarat larangan.
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Masyarakat Jika Hendak Salat Idulfitri di Masjid Istiqlal Tahun Ini
Termasuk syarat larangan menyimpan barang di hadapan tempat sujud.
Jika kedua sandal dilepas, maka tidak boleh diletakkan di samping kanan atau kiri.
Tapi disarankan sandal lebih baik diletakkan di antara kedua kakinya.
Jika suatu barang seperti sandal di letakkan di sisi kanan, maka ada malaikat. Begitu juga di hadapan tempat sujud karena menghadap Allah SWT.
Adapun isyarat larangan meletakkan sandal di hadapan tempat sujud, di sebelah kanan atau kiri ketika salat tersebut berdasarkan sabda Rasulullah SAW berikut ini.
إذَا كَانَ أَحَدُكُمْ في الصَّلاَةِ فَإنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ، فَلاَ يَبْزُقَنَّ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلاَ عَنَ يَمِينِهِ، وَلكِنْ عَنْ شِمالِهِ؛ تَحْتَ قَدَمِهِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وفي رِوايَةٍ: «أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ».
“Apabila seseorang di antara kamu shalat sebenarnya ia sedang bermunajat kepada Rabbnya. Maka janganlah sekali-kali ia meludah ke hadapannya dan ke samping kanannya, tetapi ke samping kirinya di bawah telapak kakinya. Dan setelah selesai shalat hendaklah ia membersihkannya.” (HR. Bukhari, no. 1214 dan Muslim, no. 551)
Baca juga: H-4 Lebaran Situasi Rest Area 166 Tol Cipali Ramai Lancar, Hanya Macet Jelang Berbuka dan Salat
Dalam suatu riwayat disebutkan, “Atau di bawah telapak kakinya.” [HR. Bukhari, no. 413]
Hal ini sebagaiman pula dijelaskan Syaikh Albani rahimahullah:
"Disini terdapat isyarat yang halus untuk tidak meletakkan sandal di depan. Adab inilah yang banyak disepelekan oleh kebanyakan orang. Sehingga anda menyaksikan sendiri, diantara mereka yang salat: MENGHADAP KE SANDAL-SANDAL..!" (Ashlu Shifati Shalatin Nabiy)
Tata Cara Salat Idul Fitri Bersama di Lapangan
Berikut adalah tata cara Salat Idul Fitri 2022 dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, berjudul "Tata Cara Salat Idul Fitri di Lapangan".
1. Salat Idul Fitri sebaiknya dilaksanakan di lapangan, kecuali jika ada halangan.
Hal itu berdasarkan hadis riwayat Abu Sa'id al Hudriy:
"Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).
2. Salat Idul Fitri dikerjakan tanpa adzan dan iqamat.
Hal itu berdasarkan riwayat Jabir bin 'Abdullah:
"Tidak ada adzan ketika (salat) Idul Fitri dan juga idul adha. Lalu setelah sesaat aku tanyakan masalah itu. Dia memberitahuku bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwasanya tidak ada adzan untuk Salat Idul fitri ketika imam datang dan tidak pula ada iqamah, tidak ada seruan apapun dan waktu itu tidak ajakan dan tidak pula iqamah.” (HR. Bukhari).
3. Tidak diisyarakatkan salat sunnah, baik sebelum maupun sesudah Salat Idul Fitri.
Hal itu berdasarkan riwayat Ibnu Abbas:
"Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw salat dua rekaat pada hari raya idul fitri. Beliau tidak salat sebelumnya dan tidak pula setelahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita bersama Bilal, lalu memerintah mereka bersedekah.” (HR. Bukhari).
4. Memasang sutrah (pembatas) di depan imam Salat Idul Fitri.
Hal itu berdasarkan hadis riwayat Nafi' dari Ibnu 'Umar:
"Bahwa Rasulullah saw apabila keluar pada hari ‘Id, beliau memerintahkan untuk meletakkan tombak di depannya, kemudian beliau salat dan orangorang berada di belakangnya, dan ia melakukan hal tersebut dalam safar (salat shafar).” (HR. Bukhari).
5. Pelaksanaan Salat Idul Fitri yaitu sebanyak dua rakaat, dengan cara tujuh kali takbir pada rakaat pertama dan lima kali takbir pada rakaat kedua.
Tidak ada bacaan-bacaan tertentu yang dituntunkan Nabi Muhammad saw di sela-sela takbir tersebut.
Hal itu berdasarkan hadis riwayat Katsiir bin 'Abdillah:
"Bahwa Nabi saw pada salat dua hari raya bertakbir tujuh kali untuk rekaat pertama sebelum membaca (al-fatihah) dan bertakbir lima kali pada rekaat kedua juga sebelum membacanya.” (HR. Tirmidzi).
6. Bacaan yang disunnahkan untuk imam Salat Idul Fitri pada rakaat pertama adalah Al-A'la dan pada rakaat kedua adalah Al-Ghasyiyah, atau Qaf wal Quranil Majid (surat Qaf) pada rakaat pertama dan Iqtarabatis Saa'ah (Al-Qamar) pada rakaat kedua.
Hal itu berdasarkan hadis riwayat Ibnu 'Abbas:
"Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw pada salat dua hari raya membaca Sabbihisma Rabbiukal A’la dan Hal Ataku Hadisul Ghasyiyah.” (HR. Ibnu Majah)."
7. Selesai Salat Idul Fitri, dilanjutkan dengan penyampaian khutbah.
Khutbah Idul Fitri berisikan nasihat dan anjuran berbuat baik, dimulai dengan alhamdulillah.
Hal itu berdasarkan hadis riwayat Abu Sa'id al Khudriy:
"Dari Abu Sa’id al-Hudriyi berkata: Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari)."
Bacaan Niat Salat Idul Fitri
1. Sebagai makmum
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan ‘iidil fithri rak’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa
Artinya: Aku berniat salat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.
2. Sebagai imam
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan ‘iidil fithri rak’ataini imaaman lillaahi ta’aalaa
Artinya: Saya niat salat sunah Idul Fitri dua rakaat sebagai imam karena Allah Taala. (Tribun Jabar/Hilda Rubiah)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Bolehkan Salat Menghadap Sandal saat Salat Idul Fitri di Lapangan? Begini Dalil Penjelasannya