Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Mengenal Malam Selikuran Keraton Kasunanan Surakarta, Tradisi Sambut Lailatul Qodar Malam 21 Ramadan

Mengenal tradisi Malam Selikuran Ramadhan dari Keraton Kasunanan Surakarta untuk menyambut datangnya Lailatul Qadar, ini makna bagi masyarakat Jawa.

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Mengenal Malam Selikuran Keraton Kasunanan Surakarta, Tradisi Sambut Lailatul Qodar Malam 21 Ramadan
TRIBUNSOLO.COM/EKA FITRIANI
TRADISI MALAM SELIKURAN - Potret rombongan Kirab Malem Selikuran berjalan melewati Pasar Klewer, Solo, Kamis (16/7/2017) malam. Mengenal tradisi Malam Selikuran Ramadhan dari Keraton Kasunanan Surakarta untuk menyambut datangnya Lailatul Qadar, ini makna bagi masyarakat Jawa. 

TRIBUNNEWS.COM - Mengenal tradisi Malam Selikuran Ramadan dari Keraton Kasunanan Surakarta untuk menyambut datangnya Lailatul Qadar.

Hari ini, Kamis (20/3/2025) merupakan hari ke-20 Ramadan 2025 atau malam 21 Ramadan.

Pada malam 21 Ramadan, ada tradisi unik yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta dalam rangka menyambut malam Lailatul Qadar, yakni 'Malam Selikuran'.

Mengingat malam Lailatul Qadar adalah momen yang sangat dinantikan oleh umat Islam saat berpuasa di bulan Ramadan.

Lailatul Qadar juga disebut istimewa lebih mulia dari seribu bulan, yang jatuh pada malam-malam ganjil di 20 hari terakhir bulan Ramadan.

Lantas, bagaimana sejarah tradisi Malam Selikuran berkembang di Keraton Kasunanan Surakarta?

Sejarah Malam Selikuran Keraton Kasunanan Surakarta

Dilansir dari laman resmi Pemkot Surakarta, tradisi Malam Selikuran digelar pada 20 Ramadan atau malam 21 Ramadan setiap tahunnya. 

Berita Rekomendasi

Tradisi Malam Selikuran Ramadan pertama kali dikembangkan oleh Sultan Agung. 

Namun dalam perjalanannya sempat mengalami pasang surut. 

Kemudian pada masa pemerintahan Pakubuwana IX, tradisi Malam Selikuran kembali dihidupkan dan mengalami puncaknya di masa Pakubuwana X.  

Saat itu untuk memperingati Malam Selikuran Ramadan dilakukan dengan melakukan kirab dan mengarak tumpeng yang diiringi lampu ting atau pelita dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta

Lampu ting menjadi simbol dari obor yang dibawa para sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW usai menerima wahyu Lailatul Qodar di Jabal Nur. 

Baca juga: Ramadan di Rusia: Antara Tradisi dan Tantangan Cuaca

Dalam Malam Selikuran, nasi tumpeng yang dibawa abdi dalem berjumlah seribu. 

Jumlah tersebut melambangkan pahala setara seribu bulan. 

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas