Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Merapi Kali Ini Tunjukkan Perilaku Berbeda

ERUPSI Merapi kali ini memang berbeda. Terlihat sejak awal dari cepatnya pertumbuhan kubah

Editor: Prawira
zoom-in Merapi Kali Ini Tunjukkan Perilaku Berbeda
TRIBUNNEWS.COM/SETYA KRISNA SUMARGO
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Surono 
News analisis oleh Dr Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM

ERUPSI Merapi kali ini memang berbeda. Terlihat sejak awal dari cepatnya pertumbuhan kubah, intensitas kegempaan yang drastis naik, dan tidak segera munculnya titik api diam, yang sebelum-sebelumnya kerap jadi penanda fase erupsi.

Ini semua memang kejadian alam. Tidak ada satupun manusia yang bisa menskenariokan apa yang akan terjadi berikutnya. Kita mampu menganalisa, dan menyimpulkan gejala-gejalanya, tapi semua kembali ke mereka (alam).

Banyak yang percaya Merapi tidak akan segera meletus karena belum muncul titik api diam. Nyatanya, meletus, dan ekplosif karena mengeluarkan ledakan sangat keras yang membuat panik semua warga di lereng.

Merapi memang gunung yang memiliki karakteristik khusus. Ia memiliki ciri-ciri sendiri. Termasuk model letusan yang ekplosif dengan semburan langsung, maupun yang berupa lelehan lava pijar.

Yang terjadi kali ini model ekplosif. Lava yang terdorong dari perut gunung terdorong dan menyembur langsung ke atas. Ini sebetulnya juga menarik karena dengan semburan langsung ada dampak lain yang terminimalisasi.

Ibarat pisau tajam dan dipakai memotong langsung, tentu hasilnya akan lebih halus dan rapi irisannya. Lain kalau misalnya pisau tumpul. Irisannya tentu tidak akan halus, dan akan merusak tepi-tepi bagian yang diiris.

Ini sama dengan semburan Merapi tanggal 30 Oktober 2010. Jika modelnya pelan, berupa semburan horizontal atau vertikal pelan, maka kita khawatir akan meruntuhkan kubah-kubah raksasa material letusan tahun 1911 yang posisinya sangat rawan.

Berita Rekomendasi

Jika itu yang terjadi, tentu efek letusan akan lebih membahayakan. Namun, letusan ekplosif ini juga tidak kurang membahayakan karena jarak jangkau sebaran material tentu akan lebih jauh. Simpelnya, semburan Merapi tadinya vertikal, tapi kemudian jadi cendawan yang condong ke selatan/barat daya akibat faktor arah angin.

Dalam kasus letusan ini, karena tertiup angin dari utara dan timur laut, arah sebaran material ke selatan dan barat daya. Kemungkinan yang paling terdampak wilayah Sleman, sebagian Yogya, sebagian Bantul, Magelang selatan, dan kemungkinan Kulonprogo dan sekitarnya.

Satu hal yang patut diwaspadai, Merapi kali ini menunjukkan perilaku yang berbeda. Dia tanpa pembentukan kubah, tanpa muncul titik api diam, dan fase perubahannya sangat cepat. Kemudian dinamikanya berubah. Setelah erupsi tidur, lalu erupsi, dan sekarang ini posisinya tidur lagi.

Kita belum membuat kesimpulan apakah letusan 30 Oktober ini akhir dari fase erupsi, ataukah ia kembai menyusun tenaga seperti setelah letusan 26 Oktober. Perlu waktu berminggu-minggu untuk memutuskan apakah Merapi sudah bergerak ke normal. Mohon kesabaran semua pihak. (Tribunnews.com/Setya Krisna Sumargo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas