Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keluarga Tolak Pemakaman Massal

Ternyata tidak semua keluarga dapat menerima sepenuhnya rencana dari pihak rumah sakit dr Sardjito terkait pemakaman massal korban Merapi.

Penulis: Willem Jonata
Editor: Iswidodo
zoom-in Keluarga Tolak Pemakaman Massal
TRIBUNNEWS.COM/BRAMASTO ADHY
Pemakaman Mbah Maridjan dan adiknya di pemakaman Srunen, Cangkringan, Sleman, Jumat (28/10/2010). Mbah Maridjan meninggal oleh sapuan awan panas yang meletus tanggal 26 Oktober 2010, kemudian ditemukan dalam kondisi sujud tanggal 27 Oktober. 
Laporan Tribunnews.com, Willem Jonnata

TRIBUNNEWS.COM-YOGYAKARTA-Ternyata tidak semua keluarga, dapat menerima sepenuhnya rencana dari pihak rumah sakit dr Sardjito terkait pemakaman massal untuk korban tewas akibat sapuan awan panas muntahan Gunung Merapi.

Ratna Tri Utami, (22), misalnya. Dia menolak kalau keluarganya di makamkan secara masal bersama korban tewas lainnya.

"Dia nggak setuju keluarganya dimakamkan secara masal. Dia maunya kesebelas keluarganya itu dimakamkan bersama, tetapi tidak dengan korban tewas lainnya," ujar seorang wanita, Minggu, (07/11/2010), yang mengaku saudara angkat Ratna, tetapi tidak mau disebutkan namanya, saat ditemui di ruang Instalasi Kedokteran Forensik (IFK), RS DR. Sardjito, Yogyakarta.

Ratna adalah putri sulung pasangan Sutopo dan Martini yang tewas akibat sapuan awan panas tersebut.

Dalam kejadian itu, adik kandungnya bernama Septiani Nur Rohmawati dan Muhammad Ata juga ikut menjadi korban tewas.

Tujuh kerabatnya pun mengalami nasib serupa. Mereka ditemukan di empat rumah berbeda yang saling berdekatan, di Dusun Bronggang, Argomulyo, Cangkringan, Sleman. Ratna selamat karena sedang berada di Jambi tugas sebagai PNS  (*)

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas