SBY Saksikan Rekaman Letusan Merapi melalui Alat Seismograf
Presiden SBY menyaksikan langsung rekaman letusan Gunung Merapi melalui alat seismograf dari Pos Ketep, Plawangan dan Museum..
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Anwar Sadat Guna
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono mengunjungi ruang monitoring gunung Merapi di kantor BPPTK, Yogyakarta. Minggu (7/11/2010).
Presiden dan rombongan mendapat penjelasan langsung dari Kepala Badan Geologi R Sukhyar mengenai perkembangan aktivitas Merapi secara realtime.
Kedatangan Presiden yang mengenakan pakaian safari lapangan berwarna coklat itu juga diikuti sejumlah menteri. Tampak antara lain Menko Kesra Agung Laksono, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Mensesneg Sudi Silalahi dan Menpora Andi A Malarangeng.
Ikut pula sejumlah pejabat tinggi negara dan beberapa anggota DPR RI.
Saat tiba di kantor yang berlokasi di Jalan Cendana 15, Yogyakarta, SBY disambut oleh Kepala Badan Geologi R Sukhyar dan Kepala BPPTK Subandriyo.
Ikut pula menyambut Presiden adalah Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Waryono Karno dan Direktur Jenderal Mineral, Batubara, dan Panasbumi Bambang Setiawan.
Di ruang monitoring, SBY menyaksikan langsung rekaman letusan Gunung Merapi melalui alat seismograf dari Pos Ketep, Plawangan dan Museum Gunung Merapi di Kaliurang.
"Semua rekaman letusan itu dikonversikan menjadi grafik energi yang besarnya bisa diketahui terus menerus dan diakumulasikan setiap jam dan harian," kata R Sukhyar seperti dilansir Kementrian Energi dan Sumber daya Mineral.
R Sukhyar juga melaporkan berdasarkan rekaman tersebut disimpulkan saat ini aktivitas Merapi masih berfluktuasi dengan intensitas yang tinggi. "Energi yang terekam saat ini masih cukup besar sekitar tiga kali dibanding letusan tanggal 26 Oktober 2010," paparnya.
Awan panas masih terus keluar dari kawah yang diperkirakan kini berdiameter 400 meter dengan luncuran sekitar delapan kilometer. Sedang tinggi kolom letusan sekitar tiga kilometer.
Berdasarkan pemantauan dan rekaman tersebut kepada Presiden disampaikan, hingga saat ini status Merapi adalah Awas (level 4). Kawasan Radius Bencana (KRB) III atau area yang belum boleh dihuni adalah radius 20 kilometer dari puncak Merapi.
Saat Presiden menanyakan apakah KRB III akan diperluas, Kepala Badan Geologi menegaskan belum ada perubahan KRB III hingga saat ini.
Selain itu Kepala Negara dan rombongan juga mendapat penjelasan mengenai rekaman deformasi (penggelembungan), gempa vulkanik, serta rekaman energi Merapi saat menjelang letusan tanggal 26 Oktober 2010.
Menjelang terjadinya letusan itu terjadi peningkatan ketiga indikator tersebut secara eksponensial. Atas dasar ini status Merapi ditingkatkan dari Siaga menjadi Awas pada tanggal 25 Oktober 2010.
"Letusan Merapi kali ini berbeda dengan letusan 1997, 2001 dan 2006. Letusan saat ini menyamai letusan tahun 1872," imbuh R Sukhyar. Melalui citra satelit dipaparkan kepada Kepala Negara mengenai sebaran abu vulkanik, luncuran awan panas, serta kawasan yang potensial terkena aliran lahar.