Sri Belikan Sebungkus Rokok Sebelum Aris Terkena Awan Panas
Sri memberikan sebungkus rokok untuk bekal Aris selama menjadi relawan di barak-barak pengungsian di Glagahmalang, Glagaharjo, Cangkringan.
Editor: Kisdiantoro
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Sama sekali tidak ada pembicaraan yang begitu penting antara Sri Rahayu (38), dengan anaknya Aris Widiyatmoko (19) ketika terakhir kalinya berjumpa. Sri, saat itu, hanya memberikan sebungkus rokok merek LA Light untuk bekal anaknya selama menjadi relawan di barak-barak pengungsian di Glagahmalang, Glagaharjo, Cangkringan.
Padahal, menurut pengakuannya, ia tidak pernah mau memberikan apalagi sampai membelikan sebungkus rokok untuk dihisap oleh anaknya itu. "Saya nggak pernah membelikan rokok untuk anak saya. Tapi, pas dia pulang ke rumah, sehabis mandi, dia saya belikan sebungkus rokok. Mereknya itu kalau nggak salah, LA Light," kata Sri mengingat-ingat, saat ditemui di sekitar ruang Instalasi Kedokteran Forensik, RS DR. SArdjito, Yogyakarta, Selasa (9/11/2010).
Kamis (04/11/2010) siang itu, tutur Sri, anaknya kembali ke rumahnya di Dusun Besalen, Glagaharjo, Cangkringan. Dia pulang sebentar hanya untuk mandi. "Sebelum pamit dengan bapaknya itu, saya belikan rokok. Waktu pamit dia bilang, aku berangkat sik," ujar anggota Tagana itu.
Aris meninggalkan rumah itu dengan mengenakan celana jins dipadu kaos warna coklat lengan pendek. Sri tidak pernah menyangka kalau saat itu merupkan hari terakhirnya bertemu anaknya. Saat gunung meletus, Jumat (05/11/2010) dini hari, telepon genggam miliknya itu sudah tidak bisa dihubungi lagi. Sri menyadari kalau anaknya itu sedang dalam bahaya. Tetapi, sayangnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, selain pasrah.
Sri menilai Aris sebagai anak yang baik. Aris selalu menuruti perkataan kedua orang tuanya. Orangnya juga tidak mau menyusahkan. Makanya, ia waktu itu menolak tawaran kuliah karena tidak mau membebankan kedua orang tuanya itu. "Katanya dia nggak mau kuliah. Dia nggak mau membebankan saya dan bapaknya. Tapi, dia sedang mengikuti diklat mengenai otomotif di UGM (Universitas Gajah Mada)," terang Sri.
Seperti diberitakan sebelumnya, Aris yang menjadi relawan itu tewas bersama empat anggota Tagana akibat sapuan awan panas muntahan Gunung Merapi. Ia ditemukan tewas di sekitar barak-barak pengungsian di Glagahmalang, Glagaharjo, Cangkringan saat menjaga logistik yang tidak sempat terbawa ke pengungsian di Kantor Kepala Desa Glagaharjo di Desa Banjar Sari.