Pengungsi: Jual Sapi ke Pemerintah Berbelit-belit
Meskipun mendapat tawaran harga yang pantas, sejumlah pengungsi menolak menjual sapi-sapinya kepada pemerintah.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Prawira
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Meskipun mendapat tawaran harga yang pantas, sejumlah pengungsi menolak menjual sapi-sapinya kepada pemerintah. Mereka menolak menjualnya lantaran transaksi dengan pemerintah acapkali dianggap terlalu berbelit-belit dan membutuhkan proses cukup panjang.
Karena itu, Triswarno, (50), warga Dusun Boyong, Pakem, Sleman menjual dua sapinya itu kepada warga lain. Meski diakuinya harga yang ditawarkan oleh pembeli sapinya itu lebih rendah dari harga yang dipasang pemerintah.
"Dua sapi saya mau dibeli sama pemerintah. Harganya Rp 20 juta. Per ekornya dijual Rp 10 juta. Tapi duitnya harus nunggu sampai tiga bulan, baru cair," kata Triswarno, Kamis, (18/11/2010), kepada Tribunnews, saat bincang-bincang di lapangan Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
Sementara, pembeli sapinya yang berasal dari Mlati itu hanya menawarkan harga di bawah pemerintah, yaitu sebesar Rp 17,5 juta. Lebih murah Rp 2,5 juta.
"Memang harganya lebih murah dari pemerintah. Tapi saya bisa dapat duitnya lebih cepat. Kalau dijual ke pemerintah terlalu berbelit-belit. Soalnya kan banyak yang urus. Jadi saya takut dikorting. Dapetnya ya nggak segitu itu. Biasanya yang sudah-sudah begitu," tutup Triswarno.