Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Seharian Merapi Tertutup Kabut Tebal

Kabut cukup tebal selama 24 jam terakhir menutup Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Editor: Iwan Apriansyah
zoom-in Seharian Merapi Tertutup Kabut Tebal
ap foto
Kondisi Merapi tanggal 4 November 

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG — Kabut cukup tebal selama 24 jam terakhir menutup Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Hampir selama 24 jam terakhir Merapi dari pengamatan di sini tertutup kabut tebal," kata petugas pengamatan Gunung Merapi di Pos Bukit Ketep, Kabupaten Magelang, Yulianto, di Magelang, Jateng, Kamis (18/11/2010).

Pengamatan secara visual dari pos darurat di Bukit Ketep menyebutkan, di antara Gunung Merapi dan Merbabu itu tidak terlihat kepulan asap sulvatara, semburan awan panas, dan guguran material.

Akan tetapi, katanya, hingga kini Gunung Merapi masih berstatus "awas", level tertinggi atas aktivitas vulkaniknya. "Kalau terjadi hujan abu, umumnya karena abu vulkanik yang menempel di pohon dan daun beterbangan karena tertiup angin sehingga terjadi hujan abu tipis," katanya.

Ia mengatakan, petugas pengamatan Merapi dari bukit itu sebanyak empat orang dengan dibantu sejumlah warga Ketep. Pos utama pengamatan Merapi dari sisi barat daya terletak di Desa Babadan, Kecamatan Dukun, sekitar empat kilometer barat puncak Merapi.

Seorang warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jayus, mengatakan, sebagian warga dusun setempat yang berjarak sekitar 6,5 kilometer barat puncak Merapi telah pulang dari beberapa penampungan pengungsi di Muntilan ke kampungnya.

"Kami merasa situasi Merapi telah tenang, tetapi kami tetap harus waspada terhadap segala kemungkinan," katanya. Mereka yang telah pulang ke dusunnya, katanya, hingga kini masih sibuk membersihkan rumah yang terkena abu vulkanik dampak semburan awan panas intensif Merapi.

Berita Rekomendasi

Selain itu, katanya, mereka juga mencari pakan sapi di kebunnya, seperti ketela dan batang pohon pisang (gedebok). Areal pertanian yang umumnya ditanami sayuran di kawasan Kali Lamat itu, katanya, rusak oleh abu vulkanik. (*)


Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas