Sultan: Yogya Tempat Berdialog
Yogyakarta merupakan tempat terjadinya dialog, transformasi, serta akulturasi budaya dan kesenian.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Juang Naibaho
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Yogyakarta merupakan tempat terjadinya dialog, transformasi, serta akulturasi budaya dan kesenian. Oleh sebab itu, para budayawan dan seniman perlu mendapatkan apresiasi dari masyarakat.
Demikian dikatakan Sultan Hamengku Buwono X, usai menghadiri pagelaran kesenian yang diikuti seribu seniman dan budayawan dari seluruh Indonesia bertajuk Jogja Istimewa untuk Indonesia, di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (16/12/2010) sore.
"Jangan hanya bicara politik. Jogja ini tempat terjadinya dialog budaya, terjadinya transformasi budaya, terjadinya akulturasi budaya antar etnik yang dibangun para founding father dan para leluhurnya sebelum republik ini ada. Setiap etnik itu identik sebagai nilai kearifan lokal," jelas Sultan.
Menurut Sultan, banyak orang bersekolah ke Yogyakarta. Kemudian berkumpul sehingga terjadi dialog, transformasi, dan akulturasi budaya. Itu penting untuk menghadapi tantangan di masa akan datang.
"Kearifan lokal yang dibangun leluhurnya itu menjadi kekuatan bangsa ke depan. Jadi, bicara keistimewaan Jogja tidak hanya aspek politik saja, tapi juga aspek seni dan budayanya," ujarnya.
Dalam pagelaran itu sultan duduk lesehan menyaksikan berbagai pertunjukkan. Di antaranya menonton ketoprak, tarian, hip-hop, dan wayang kancil yang dimainkan oleh anak-anak sekolah di seluruh Yogyakarta.
Menurut Stage Manager pagelaran kesenian, Nano Asmorodono, kedatangan Sultan atas inisiatif sendiri. "Yang datang siapa pun itu, saya nggak tahu. Sultan datang inisiatif sendiri. Tadi harusnya Kanjeng Ratu (GKR Hemas). Tapi dia nggak bisa karena ada urusan di Jakarta," papar Nano.(*)