Kepala Sekolah Meninggal Setelah Upacara HUT RI
Kepala SDI Butata Disegho, Desa Renduwawo, Kabupaten Nagekeo, NTT, Yeremias Dega (55), terjatuh dan meninggal dunia.
Editor: Paulus Burin
Laporan Wartawan Pos Kupang, Servan Mammilianus
TRIBUNNEWS.COM, NAGEKEO - Kepala SDI Butata Disegho, Desa Renduwawo, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT, Yeremias Dega (55), terjatuh dan meninggal dunia.
Uniknya, Yeremias meninggal setelah mengikuti apel bendera memperingati HUT ke-66 kemerdekaan Republik Indonesia, Rabu (17/8/2011).
Apel yang berlangsung di Lapangan Robokowe, Desa Tengatiba sekitar pukul 09.30 Wita, itu dihadiri warga Aesesa Selatan.
Setelah apel, dilanjutkan dengan beberapa acara lain, di antaranya tos kenegaraan.
Tos kenegaraan juga bersamaan dengan dimulainya pertandingan final sepakbola antara SDI Butata melawan SDK Rendu, Desa Tengatiba.
Saat pertandingan baru mulai sekitar lima menit, SDI Butata unggul satu kosong. Saat itu dia (almarhum, red) memberikan arahan-arahan kepada anak muridnya yang sedang bertanding di lapangan. Dia juga sedang menyiapkan pemain-pemain cadangan.
"Tiba-tiba dia jatuh dan mengenai tubuh seorang pemuda yang sedang menonton. Lalu langsung diantar ke Puskesmas Jawakisa, tetapi nyawanya tidak bisa tertolong,” kata Camat Aesesa Selatan, Pius Dhari, yang ditemui di Puskesmas tersebut, sekitar pukul 11.30 Wita tadi.
Almarhum diantar ke Puskesmas menggunakan mobil Puskesmas yang saat itu siaga di lokasi.
Kepala Puskesmas Jawakisa, Yohanes Makin, mengatakan, saat almarhum tiba di Puskesmas sudah meninggal dunia.
“Sampai di sini (Puskesmas, Red) langsung ditangani oleh lima orang bidan. Tetapi tidak sempat tertolong, karena saat itu beliau sudah meninggal dunia. Perjalanan dari lapangan ke Puskesmas, sekitar sepuluh menit dengan jarak sekitar satu kilometer,” kata Yohanes.
Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Desa Renduwawo, Basilius Wele. “Saat apel biasa-biasa saja, tidak ada apa-apa. Tetapi saat pertandingan, tiba-tiba dia jatuh dan langsung diantar ke puskesmas. Ternyata jiwanya tidak bisa tertolong lagi,” kata Basilius.
Pantauan Pos Kupang saat itu, jenazah almarhum dibaringkan di salah satu ruangan paling ujung pada Puskesmas tersebut.
Istri almarhum, Veronika Kapa, pingsan saat jenazah berada di Puskesmas itu. Sejumlah warga Aesesa Selatan, memenuhi teras Puskesmas sampai di jalan-jalan.
Isak tangis keluarga dan warga terdengar sampai jenazah diantar ke rumah duka sekitar pukul 13.30 Wita.
Almarhum meninggalkan seorang isteri dan tiga orang anak. Anak pertama almarhum adalah perempuan dan baru saja diwisuda pada tanggal 21 Juli 2011 lalu di Universitas Flores.
Anak kedua, siswa kelas tiga di SMK Jawakisa Aesesa Selatan. Anak terakhir masih di bangku SD kelas lima.