Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Suami Korban Bus Maut Karunia Bakti Merasa Bersalah

Gimin, orang yang paling meratapi kepergian puteri sulung pasangan Ading dan Mumun untuk selamanya.

Penulis: Y Gustaman
Editor: Ade Mayasanto
zoom-in Suami Korban Bus Maut Karunia Bakti Merasa Bersalah
Tribunnews.com/Abdul Qodir
Bangkai bus AKAP Karunia Bakti berhasil dievakuasi dari Vila Syaelendra milik Pemprov Sumatera Selatan, Sabtu pagi (11/2/2012). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Yogi Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, CISARUA - Maut menjemput Aisyah (32) di ujung senja yang buram Jumat itu. Kematiannya tragis, disebabkan serudukan bus AKAP Karunia Bakti lantaran rem blong. Gerobak Bakso Ojo Lali, tempatnya mengais rezeki poranda, dan tubuh Aisyah mental bersama empat pembeli yang menyantap bakso saat itu.

Gimin, orang yang paling meratapi kepergian puteri sulung pasangan Ading dan Mumun untuk selamanya. Kendati tak menunjukkan kesedihannya berlebihan, ia merasa sangat berdosa kepada Aisyah. Dari hubungan dengan Aisyah, ia memiliki dua putera Randianto dan Ramdani.

"Mas Gimin merasa bersalah, waktu itu ada masalah soal keluarga dengan Teh Isa. Itu terjadi sejak setahun Teh Isa menjadi pelayan Bakso Ojo Lali. Ia sudah menuduh Teh Isa selingkuh," ujar Fauzal (30), adik ipar Aisyah, kepada Tribunnews.com di rumah duka Desa Kopa, Cisarua, Sabtu (11/2/2012).

Terhitung sejak menjadi pelayan bakso, Gimin merasa ditelikung dari belakang oleh Aisyah. Namun, prasangkanya selalu tak pernah dibuktikan langsung. Sampai-sampai Swansih, adik Aisyah, sekaligus isteri Fauzal, menasehati Gimin untuk membuktikan tuduhannya.

Nasehat serupa kepada Gimin, juga dilontarkan oleh mertuanya. "Karena memang sebelumnya sempat cekcok. Makanya oleh bapak mertua saya, Mas Gimin dinasehati. Dia bilang jangan berperasangka buruk dulu. Benar enggak (begitu), buktikan ke sana (tempat jualan)," cerita Fauzal.

Gimin dan Aisyah tinggal di rumah milik majikannya. Tempo sang majikan mengontrak tanah untuk berladang, Gimin diminta tinggal di rumah kecil itu. Dan Gimin dibayar untuk itu. Namun, setelah masa kontrak atas ladang habis, majikannya tak lagi membayar Gimin, namun tetap diberi kesempatan tinggal.

Berita Rekomendasi

Sejak itu, Gimin bekerja serabutan. Penghasilannya belum pasti. Kadang hari ini mendapat upah dari keringatnya, besok belum tentu. Sehari-hari, Gimin bekerja di ladang sayur orang. Kalau sepi, mencari rumput untuk kambingnya. Karena ingin membantu penghasilan keluarga, Aisyah bekerja menjadi pelayan Bakso Ojo Lali.

Saat pemakaman pagi tadi, Gimin turun ke liang lahat, meletakkan jasad isterinya untuk terakhir kali, ditemani beberapa orang. Dari raut mukanya tak ada tangis. Hanya saja, usai pemakaman itu Gimin terus diam. Tak lama usai melaksanakan salat Dzuhur, Gimin ke luar rumah, kembali mencari rumput untuk kambingnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas