Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peringatan Hari Anti Korupsi di Makassar Berujung Bentrok

diwarnai bentrok antara aparat dan demonstran.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Peringatan Hari Anti Korupsi di Makassar Berujung Bentrok
/TRIBUN TIMUR/SANOVRA JUNIOR
Sejumlah mahasiswa melempar batu saat bentrok dengan polisi di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, Makassar, Sulsel, Senin (10/12). Bentrokan terjadi saat mahasiswa unjuk rasa memperingati Hari Anti Korupsi Internasional dengan memaksa masuk kantor Kejati Sulsel. 

TRIBUNNEWS.COM,MAKASSAR - Peringatan Hari Anti-Korupsi dan Hak Asasi Manusia (HAM) se-Dunia di Makassar, Senin (10/12), diwarnai bentrok antara aparat dan demonstran.

Hingga pukul 21.00 wita, semalam, sedikitnya tiga korban luka terkena lemparan. Satu mahasiswa, aparat Brimob Polda Sulsel, dan wartawan TV. terluka, akibat terkena lemparan batu dan peluru water canon.

Aksi ini lanjutan dari aksi yang oleh sejumlah kelompok mahasiswa disebut "aksi prakondisi", Minggu (9/12) lalu.

Belum ada konfirmasi dari kelompok mahasiswa dan laporan aparat intelijen dan keamanan, apakah aksi akan berlanjut Selasa (11/12) hari ini.

Seperti rangkaian aksi jalan tiga tahun terakhir, juga merusak sejumlah fasilitas umum, kendaraan dinas, properti aparat dan milik warga, serta restoran siap saji.

Kelompok massa yang didominasi elemen mahasiswa, aktivis anti korupsi, dan warga, memblokir jalan dengan menggunakan dump truck, atau memalang badan jalan dengan balok, batu, dan material separator jalan yang dirusak.

Dampak yang paling dirasakan warga dan penggunan jalan adalah kemacetan. Aktivitas warga dari luar dan dalam kota terganggu. Di laporkan sejumlah pusat perbelanjaan strategis seperti di Jl Somba Opu, mal, hotel, dan bank, dan hotel, meminta pengamanan khusus dari polisi.

Berita Rekomendasi

Sepanjang pagi hingga malam, kemacetan parah dirasakan warga di beberapa ruas jalan utama, dalam kota. Kemacetan terparah terjadi di Jl Urip Sumiharjo, perempatan Jl AP Pettarani, Jl Tol Reformasi, Jl Perintis Kemerdekaan, dan Jl Sultan Alauddin.

Meski tak jadi sasaran aksi, sejumlah jalan arteri, dan ruas jalan alternatif jadi tumpahan kemacetan dari lima jalan utama yang sengaja ditutup aparat lalulintas.

Tak hanya berorasi, para demonstran menggunakan senjata rakitan jenis ketapel (busur), dan bahan peledak bom molotof dari petasan, batu kerikil, dan benda tumpul lainnya.

Hujan yang turun tak menyurutkan para aksi mahasiswa yang sudah memblokade ruas Jl Urip Sumohardjo, Jl Sultan Alauddin, dan Jl AP Pettarani untuk menuntut pemberantasan koruspi, di level kabupaten/kota, provinsi, dan korupsi yang terjadi di pemerintahan pusat.

Titik bentrok demonstran dengan aparat kepolisian, terjadi di depan kantor Kejaksaan Tinggi Sulselbar, depan Kampus Universitas 45 Jl Urip Sumihardjo, Panakkukang.

Dalam catatan tribun, para demonstran yang turun jalan antara lain dari elemen kampus, BEM Fakultas Hukum UMI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), BEM Unismuh, BEM UIT, BEM 45, + Gerakan Aliansi Mahasiswa, GAM, + Germak, Aliansi Mahasiswa NTT, Forum Mahasiswa UIN Makassar, dan mahasiswa Komando Massa.

Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Makassar akan mendata jumlah lampu lalu lintas dan rambu di sejumlah ruas jalan di Makassar yang rusak akibat unjuk rasa, Senin (10/12).

Unjuk rasa sekaitan dengan peringatan Hari Hak Azasi Manusia dan Antikorupsi diwarnai vandalisme atau perusakan terhadap fasilitas umum dan lalu lintas.
Kepala Dinas Perhubungan, Chairul Andi Tau mengatakan, pendataan dilakukan, Selasa (11/12) atau sehari pascaunjuk rasa. "Hari ini (Senin) belum bisa karena staf takut keluar, nanti ada pendemo yang menyanderanya," ujar mantan Camat Tamalate ini.

Dinas perhubungan belum mengetahui jumlah sementara kerusakan. Namun, Chairul memprediksikan jumlah yang banyak dan kerugian dapat mencapai ratusan juta rupiah. Perusakan sarana lalu lintas rawan menyebabkan kecelakaan

Bentrok terjadi karena aparat berusaha membuka blokade jalan, untuk memperlancar lalulintas. Sebaliknya, mahasiswa bertahan dengan tuntutan mereka.
Titik aksi terjadi di depan kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Jl Sultan Alauddin, Makassar, sekitar pukul 11.00 wita, depan kampus UNM Jl AP Pettarani, dan Jl Perintis Kemerdekaan, depan pintu I Unhas.

Aksi anarkis di rumah makan cepat saji, Jl Sultan Alauddin, tidak luput dari lemparan batu. Unjuk rasa anarkis juga terjadi di depan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, sekitar pukul 11.30 wita.

Sekitar pukul 12.30 Wita. Aksi anarkis juga terjadi di Jl Andi Pangerang Pettarani, dimana gabungan mahasiswa Universitas Indonesia Timur (UIT), terlibat bentrok dengan warga sekitar. Bentrokan diduga terjadi lantaran warga merasa tidak nyaman dengan tindakan mahasiswa yang melaukan penutupan ruas jalan.

Sementara sekitar pukul 13.00 Wita, bentrokan terjadi di Jl Bawakaraeng, depan kampus Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI), bentrokan terjadi lantaran pihak pihak kampus tidak merespon aspirasi mahasiswa yang menyuarakan hari hak asasi manusia (HAH), sehingga memblokade ruas jalan, akbibatnya aksi pun berakhir bentrok.

Aksi bentrokan juga terjadi di depan Kantor Gubernur Sulsel, sekitar pukul 14.00 Wita. Mahasiswa dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar terlibat aksi saling lempar dengan Satpol PP dan staff pegawai Pemprov Sulsel.

Bentrok berawal saat mahasiswa menggelar aksi di depan pintu gerbang kantor Pemprov Sulsel. Mereka meminta ketemu dengan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, guna menyampaikan tuntutan mereka terkait kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos).

Bentrokan anatara petugas kepolisian dengan para pendemo paling lama di depan Kampus Universitas 45 Makassar, yakni dari sekitar pukul 14.00 hingga dengan pukul 18.00 Wita. Para pendemo melempar anggota kepolisian dari pasukan Anti Huru-hara Polda Sulsel. Tidak terima pasukan elit Polda Sulsel ini, membalas lemparan batu dengan menembakkan gas air mata.

Nining (39) salah seorang rarga Jl Urip Sumiharjo II, kepada Tribun mengeluhkan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, menurutnya seharusnya sebagai mahasiswa intelektul tindak bertindak anarki sampai-sampai memblokade ruas jalan karena dapat mengganggu orang banyak. "Gara-gara mahasiswa demo saya harus jalan kaki dari Tello hingga ke sini (Fly Over)," katanya.

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas