Irjen Djoko Dijuluki Cah Ndeso
Cerita tentang Inspektur Jenderal (Irjen) Djoko Susilo selalu menarik perhatian. Tersangka kasus dugaan korupsi simulator surat izin mengemudi
Editor: Budi Prasetyo
*Semasa SMA di Kota Madiun
* Dulu Pecundang Soal Asmara
TRIBUNNEWS.COM MADIUN - Cerita tentang Inspektur Jenderal (Irjen) Djoko Susilo selalu menarik perhatian. Tersangka kasus dugaan korupsi simulator surat izin mengemudi (SIM) itu ternyata dulu lebih dikenal sebagai kutu buku ketimbang sosok sebagai calon jenderal.
Adalah Eddie Sanyoto, sahabat satu bangku Djoko di SMAN 1 Madiun, yang menceritakan hal tersebut. Eddie, yang kini menjabat sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Madiun, bahkan tak mengira bahwa Djoko setelah lulus SMA di tahun 1979, mendaftar ke Akabri Kepolisian.
"Saya itu masih belum habis pikir, Djoko ini kok bisa jadi polisi. Dia itu sangat pendiam, dulu waktu sekolah jadi kutu buku. Badannya pendek, kurus dan hitam, sangat berbeda saat jadi perwira sekarang ini," kata Eddie kepada Surya, Sabtu (16/3/2013).
Eddie masih ingat betul, Djoko dulu punya nama julukan Djoko Godek, lantaran punya jambang panjang. Dari kelas satu, hingga sama-sama ikut penjurusan IPA, Eddie selalu satu kelas dengannya.
Yang paling diingat Eddie, Djoko adalah anak yang cerdas. Eddie pun mengaku sering mencontek 'Si Godek' ketika ujian. "Dia itu kerjanya belajar terus. Nggak suka musik atau olahraga. Zaman dulu kalau anak laki punya motor, dipreteli. Tapi Djoko ini enggak, motornya utuh dan pakai dua spion. Pokoke jan cah ndeso tenanan (pokoknya bocah desa sungguhan)," ungkap Eddie sembari ketawa.
Karena sifatnya yang pendiam itu, praktis Djoko tak banyak ‘berurusan’ dengan guru. Itulah mengapa Eddie yakin, tak banyak guru SMAN 1 Madiun yang tak ingat betul tentang sosok Djoko semasa sekolah.
Sebaliknya Djoko kini menjadi bahan berita yang tak habis-habisannya setelah ia menjadi jenderal polisi aktif pertama yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Djoko makin menyita perhatian menyusul temuan banyak harta yang dimiliki. Total 33 aset yang disita KPK berupa 26 aset dalam bentuk tanah dan properti, empat buah mobil, tiga SPBU dan enam bus pariwisata. Selain itu, KPK juga memblokir sejumlah rekening Djoko. Total uang dan nilai aset Djoko yang sudah disita diperkirakan di atas Rp 100 miliar.
Fakta lain yang membuat publik makin tertarik adalah terungkapnya beberapa sisi kehidupan pribadi Djoko. Salah satunya adalah soal pernikahan-pernikahan yang dijalani.
Irjen Djoko diketahui menikah dengan tiga wanita. Menariknya, dua pernikahan dari dua istri mudanya, Mahdiana pada 2001 dan mantan Putri Solo Dipta Anindita pada 2008, Djoko mendaftarkan dirinya di KUA dengan status perjaka.
Istri pertama Djoko adalah Suratmi, teman semasa kecilnya. Namun tak banyak catatan soal Suratmi selain sebagai teman kecil Djoko Susilo di Madiun.
Djoko kemudian menikahi wanita bernama Mahdiana, seorang perempuan warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Mereka menikah pada 14 Mei 2001 dengan surat bernomor 818/129/V/2001. KPK sudah menyita dokumen pernikahan mereka. Dalam dokumen nikah itu, Djoko tertulis sebagai jejaka. Profesinya sebagai polisi tidak tercantum.
Istri sah ketiga Irjen Djoko Susilo adalah Dipta Anindita, mantan Putri Solo 2008. Pernikahan keduanya terjadi pada tahun 1 Desember 2008 lalu. Dipta yang kini berusia 23 tahun ini sudah dicegah KPK ke luar negeri. Pencegahan terkait kepemilikan aset Dipta yang terkait Djoko.
Kabar bahwa Irjen Djoko memiliki tiga istri tentu saja mengejutkan orang-orang dekatnya. Tak terkecuali bagi Eddie Sanyoto, teman satu bangku Djoko di SMA 1 Madiun. Menurut Eddie, Djoko semasa sekolah tidak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda sebagai seorang ‘playboy’.
Untuk urusan pacaran, menurut Eddie, Djoko bisa dibilang pecundang.
"Kami sebangku, tapi Djoko tidak pernah curhat ke saya soal asmara. Tapi saya tahu, sejak SMA, dia itu sudah naksir Suratmi (istri pertama), teman kecilnya yang satu SMP," urai Eddie.
Terlepas itu semua Eddie menyatakan teman-teman sekolah Djoko di Madiun sangat prihatin dengan kasus yang menimpanya saat ini. “Ini ujian dan kami harap Djoko kuat melaluinya,” katanya.
Menurut Eddie banyak teman-teman sealumni di Jakarta bermaksud menjenguk Djoko di Rumah Tahanan (Rutan) Guntur namun Djoko sendiri tidak mengizinkan.
Tak Terkenal
Sementara itu banyak guru di SMAN 1 Madiun yang baru tahu bahwa Irjen Djoko Susilo adalah alumnus sekolah tersebut, setelah kasusnya mencuat. "Banyak guru baru tahu kalau Djoko itu alumni, ya setelah kasusnya muncul di permukaan,” kata Ani Hidajati (58), guru mata pelajaran Kimia yang sudah mengajar di SMAN 1 Madiun sejak 1978.
Ani merupakan guru paling senior yang aktif mengajar di SMAN 1 Madiun saat ini. Artinya, sudah tidak tersisa lagi guru yang sempat mengajar Djoko di sekolah yang berada dekat Stadion Wilis Madiun ini.
Kata Ani, salah satu guru di SMAN 1, yakni Edi Hartono, merupakan teman satu angkatan Djoko. Tapi, Edi yang mengajar Matematika itu, mengaku tidak kenal dengan Djoko. "Mereka satu liting di sekolah. Tapi ketika Pak Edi saya tanya, dia bilang tidak kenal. Karena, dulu Edi ini masuk pagi, sementara Mas Djoko masuk siang," ungkap Ani.
Kepala SMA 1 Madiun, Bambang Setyo Budiono mengaku, sekolah yang dpimpinnya tidak terlalu mendapat imbas negatif dari pemberitaan soal Djoko. Ia mengatakan, gencarnya pemberitaan soal Djoko, dirasakan biasa-biasa saja oleh pihak sekolah.
"Kalau saya kenal Pak Djoko itu alumni SMAN 1 Madiun, sudah sejak dulu. Jadi sebelum beliau kena kasus, saya sudah tahu," aku Bambang.(ab)