Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mak Yenni tak Menyangka Teriakannya Membunuh Kapolsek

Mak Yenni yang kini berstatus tersangka, berteriak agar suaminya tidak dibawa polisi.

zoom-in Mak Yenni tak Menyangka Teriakannya Membunuh Kapolsek
TRIBUN MEDAN/DEDY SINUHAJI
Istri, anak, beserta kerabat menangisi jenazah Kapolsek Dolok Panribuan Ajun Komisaris Polisi Andar Siahaan, di rumah duka di kawasan Simalingkar B, Jalan Pintu Air IV, Medan, Sumatera Utara, Kamis (28/3/2013). 

TRIBUNNEWS.COM, SIMALUNGUN - Tamaria boru Aruan (46) yang lebih akrab disapa Mak Yenni, mengaku berteriak saat suaminya, Kosdin Saragih, ditangkap AKP Andar Yonar Siahaan bersama tiga anak buahnya.

Mak Yenni yang kini berstatus tersangka, berteriak agar suaminya tidak dibawa polisi. Polisi menangkap Kosdin karena berjudi togel di Dusun Rajanihuta, Nagori Dolok Saribu, Kecamatan Dolok Panribuan, Simalungun, Sumatera Utara. Rabu (27/3/2013) malam.

Kapolres Simalungun AKBP Andi Syahriful Taufik mengatakan, Mak Yenni berteriak maling kepada empat polisi yang menangkap suaminya. Teriakan maling itulah yang memprovokasi warga mengejar dan kemudian mengeroyok Kapolsek Dolok Panribuan AKP Andar Siahaan hingga tewas. Namun, Mak Yenni membantah berteriak maling.

"Aku cuma berteriak minta tolong sama polisi, supaya suamiku tidak dibawa. Suamiku sedang sakit," ujar Mak Yenni di Mapolres Simalungun, Jumat (29/3/2013).

Menurut Mak Yenni, ia kembali berteriak lantaran polisi nekat membawa suaminya. Mak Yenni pun tak menyangka, teriakannya mengundang warga yang sedang duduk di warung kopi miliknya. Warga kemudian emosi dan mulai mengancam korban dan tiga polisi lainnya.

"Suamiku akhirnya dilepas, terus polisi pergi," imbuhnya.

Setelah polisi pergi, Mak Yenni mengaku masuk ke rumah. Ia melihat warga mengejar mobil polisi, namun ia tidak ikut terlibat menganiaya AKP Andar.

Berita Rekomendasi

Dedi Girsang (21), tersangka lainnya, mengaku ikut mengejar AKP Andar Cs menggunakan sepeda motor. Girsang yang berada di warung kopi, ikut mengejar bersama puluhan warga. Girsang sebenarnya mengetahui bahwa AKP Andar adalah polisi.

Saat dikerumuni warga, AKP Andar Cs yang sedang membawa Kosdin Saragih atau Pak Yenni, mengaku mereka adalah polisi. Namun, Girsang dan warga tetap menganiaya AKP Andar dengan alasan terprovokasi.

"Puluhan orang dari dusun kami yang mengejar dan memukuli. Aku hanya dua kali memukul pakai kayu," aku Girsang.

Ia menuturkan, meski korban telah sekarat, ada warga yang berteriak dan memerintahkan agar membakar AKP Andar.

"Tapi, saya tidak tahu siapa yang teriak bakar, karena gelap," ucap Girsang. (*)


Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas