Penderita TB di Tasikmalaya Meningkat
Serangan penyakit Tuberculosis-Multidrug Resistant Tuberculosis (TBMDR) yang kebal dari pengobatan, mengalami kenaikan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Serangan penyakit Tuberculosis-Multidrug Resistant Tuberculosis (TBMDR) yang kebal dari pengobatan, mengalami kenaikan di Kota Tasikmalaya. Pada awal tahun 2012 hanya tercatat empat orang. Hingga Mei 2013, jumlah penderita TBMDR di Tasikmalaya melonjak menjadi 10 orang, satu di antaranya meninggal dunia.
Data yang dihimpun dari kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Selasa (21/5/2013), menyebutkan sejauh ini ada sekitar 115 warga Kota Tasimalaya yang suspect TBMDR. Setelah dilakukan pemeriksaan di Balai Laborarotium Kesehatan Dinkes Jabar, jumlah yang positif TBMDR tercatat hanya 10 orang.
Penderita dengan status TBMDR awalnya seperti menderita penyakit TB biasa. Tetapi dalam proses pengobatan tahap pertama selama enam bulan, mereka tidak disiplin meminum obat serta kemungkinan adanya kelalaian pengawasan. Ketidakdisiplinan itu menimbulkan kekebalan, ketika pasien diobati pada tahap lanjutan.
"Kami menginstruksikan para penderita TBMDR selalu menggunakan masker serta peralatan makan dan minum yang terpisah. Karena proses penularannya juga bisa cepat. Dalam setahun satu orang penderita TBMDR bisa menularkan penyakitnya ke 15 orang lainnya," kata Kabid Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Tasikmalaya, Adang Riana, Selasa (21/5/2013).
Menurut Adang, sembilan penderita TBMDR dirujuk ke RSHS Bandung untuk mendapatkan perawatan lebih intensif. Seorang penderita TBMDR menjalani pengobatan di Tasikmalaya.
"Sembilan penderita tersebut akan menjalani fase pertama pengobatan selama delapan bulan. Jika tak ada perubahan dilanjutkan fase kedua selama 14 bulan dengan total biaya Rp 180 juta per orangnya," ujar Adang.
Adang mengatakan dari 115 susfect TBMDR, tujuh di antaranya telah diteliti atau didiagnosa di Balai Laboratorium Kesehatan Dinkes Jabar, setelah sebelumnya mereka gagal diobati menggunakan sistem pengobatan kategori kedua atau pengobatan intensif selama sembilan bulan.
Hasilnya empat orang dinyatakan positif MDR, satu orang meninggal, satu orang negatif, dan satu orang mengalami mono resisten. (stf)