Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Namanya Enco, Sakitnya Panas dan Gatal

Gatal dan panas di sekujur tubuh, itulah yang dirasakan oleh Enco (75) selama dua tahun ini.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Namanya Enco, Sakitnya Panas dan Gatal
Kompas.com
Enco 

Tribunnews.com, Bandung — Gatal dan panas di sekujur tubuh, itulah yang dirasakan oleh Enco (75) selama dua tahun ini. Hanya garukan tangan kurusnya yang meringankan rasa gatal itu.

Penyakit kulit yang dulu tiba-tiba menyerangnya ini membuat kulit Enco menghitam, mengeras, dan melepuh. Luka lecet akibat garukan kukunya untuk meredam rasa gatal menggila juga terlihat di beberapa bagian tubuh rentanya, seperti di leher, dada, paha, dan kaki.

Namun Enco masih terlihat sabar menjalani hidupnya. "Saya tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Tiba-tiba saja waktu lagi kerja seluruh badan saya gatal. Rasanya seperti dikerubungi semut. Jadi seperti monyet garuk-garuk," ucap Enco menceritakan dengan nada lemah.

Hingga sekarang, mantan kuli bangunan itu tidak tahu jenis penyakit yang dia derita. Pernah sekali waktu, ia memeriksakan diri ke Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang, tetapi tak ada keterangan sama sekali dari dokter tentang jenis penyakitnya.

"Dokter bilang harus dibawa ke Bandung, di sana (RSUD Sumedang) tidak sanggup. Kalau ke Bandung mana punya uang," tutur Enco sambil terus menggaruk. Apa daya, dia pun mengabaikan rujukan dokter di RSUD Sumedang itu. Untuk bertahan hidup saja, Enco hanya mengandalkan sumbangan dari tetangga dan warga sekitar rumahnya di RT 1 RW 11 Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Enco sudah tidak mampu lagi bekerja. Penyakit aneh itu memaksanya lebih banyak terbaring di atas kasur reot yang mulai hancur termakan waktu.

Kalaupun harus keluar untuk keperluan MCK, sebatang tongkat bambu kuning selalu setia menopang tubuh kurus itu. Terpincang-pincang.

Berita Rekomendasi

Kalau tongkat bambunya tidak ada, Enco terpaksa menyeret tubuhnya di lantai untuk mencapai tujuannya. "Kalau tidak pakai tongkat suka gemetaran karena pusing waktu jalan," ujar Enco yang ditemui hanya berbalut sarung tanpa baju.

Meski demikian, Enco masih dapat tertawa saat diajak berbincang-bincang di dalam rumah kecil berdinding bilik. Selama perbincangan itu, sesekali angin terasa masuk melalui celah anyaman bambu yang mulai bolong karena lapuk. Kamar tempatnya tidur seukuran 2 x 3 meter terlihat berantakan tak terurus.

Kakek ini hidup seorang diri. Dia tak memiliki anak dan istri. Sekali lagi, hanya tongkat bambu kuning yang menjadi teman setianya. Baru beberapa hari belakangan, ada seorang pria muda bersama istrinya yang merasa iba dan bersedia menemani Enco di rumah gubugnya itu.

Selama dua tahun hidup dengan tubuh melepuh, belum ada setitik pun perhatian dari pemerintah daerah Sumedang untuk Enco. "Ah, nggak ada pak. Dari pemerintah daerah belum pernah ada yang ke sini," imbuhnya.

Berbagai macam upaya telah dicoba untuk mengusir penyakit kulit itu, mulai dari obat-obat medis maupun segala macam ramuan tradisional sesuai rekomendasi para tetangga. Daging biawak, ular, kelelawar, bahkan anjing sekali pun yang konon mampu mengobati segala macam penyakit kulit, sudah pernah dia makan.

Namun, gatal dan panas masih terus menghinggapi dan sedikit demi sedikit mengikis tubuh rapuh Enco. Kepalanya pun menjadi korban, rambutnya sedikit demi sedikit rontok hingga habis dia akibat garukan.

Pada saat pertama kali terserang penyakit tersebut, kulit kepala Enco juga ikut-ikutan rontok seperti ketombe. Enco tak memungkiri pernah merasa putus asa dan berpikir hanya mati satu-satunya jalan agar tak lagi merasakan gatal dan panas yang menyiksa.

Tak mampu berbicara banyak, Enco berharap ada keajaiban yang bisa menghapus penderitaannya. "Saya cuma kepingin sembuh, saya sudah tidak mengerti harus gimana lagi," kata dia lirih.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas