Teriakan “Bansos” dan “Sapi” Warnai Debat Calon Wali Kota Bandung
Debat publik delapan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung sempat diwarnai teriakan ejekan "bansos" dan "sapi"
![Teriakan “Bansos” dan “Sapi” Warnai Debat Calon Wali Kota Bandung](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130614_debat-kandidat-cawalkot-bandung-2013_4539.jpg)
TRIBUNNEWS.COM – Debat publik delapan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung sempat diwarnai teriakan ejekan "bansos" dan "sapi" terhadap dua pasangan calon di lantai 8 Gedung Wahana Bhakti Pos, Jalan Banda, Kota Bandung, Kamis (12/6/2013).
Ketika jeda debat, panelis Aiman Witjaksono mempersilakan para pendukung kedelapan pasangan itu menyerukan yel-yel. Kala pendukung-pendukung Edi Siswadi dan Erwan Setiawan (Erwan) menyemangati jagoannya, mereka langsung disambut seruan "Bansos... bansos!" secara berulang-ulang dari sebagian orang.
Teriakan ejekan kedua muncul ketika para pendukung Ridwal Kamil-Oded M Daniel (Rido) meneriakkan "Bandung Juara" setelah Ridwan bicara pada sesi ketiga. Yel-yel pendukung-pendukung usungan Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS) itu disambut nyanyian "Sapi... sapi!"
Beruntung nyanyian ejekan itu tidak berlangsung lama dan tak membuat kericuhan antarpendukung pasangan calon, terutama dua pasangan yang menjadi sasaran ejekan. Meskipun terkendali, Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Bandung, Cecep Dudi, mengaku kecewa.
"Saya langsung minta cut (berhenti) ke panitia karena mengejek pasangan calon lain itu tidak boleh. Semua sepakat soal itu," ujarnya saat ditemui Tribun sesuai debat publik itu, kemarin.
Menurut Cecep, hal itu merupakan bentuk provokasi. Cecep mengaku mendengar nyanyian ejekan "bansos" dan "sapi" dari arah belakang tempat duduknya. "Namun, saya tidak bisa lihat persis siapa dan pendukung pasangan siapa karena membelakangi," katanya.
Karena itu, Paswaslu Kota Bandung pun tidak bisa langsung menindak pelanggaran kampanye itu. "Kami menunggu pengaduan," ujar Cecep.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung, melalui Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Kampanye Rifqi Alimubarok, juga menyesalkan hal yang sama. "Nanti, kami ingatkan kembali panelis atau MC (master of ceremony) untuk tidak memancing," katanya. Secara umum, ucap Rifqi, debat publik itu berjalan sesuai dengan rencana.
Pengamat politik Asep Warlan Yusuf mengungkapkan hal senada dengan Cecep dan Rifqi. "Kata 'sapi' dan 'bansos' tidak perlu muncul dalam situasi seperti ini, tapi itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Asep menyebutkan yel-yel bernada ejekan memang rawan saat tiap pendukung peserta debat ingin mengekspresikan keramaian, keceriaan, dan ketegangan.
Debat kandidat itu dipandu Aiman dan Budi Rajab, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran. Debat selama 1,5 jam ini dibagi dalam tiga sesi. Sesi pertama, empat pasangan diminta untuk mengambil salah satu gulungan topik, lalu memaparkan pemikirannya mengenai topik tersebut. Satu pasangan lain diberi kesempatan untuk menimpali dengan menekan tombol bel. Sesi kedua, kesempatan diberikan kepada empat pasangan lainnya. Sesi terakhir, pemaparan visi-misi.
Edi Siswadi-Erwan Setiawan mendapat bahasan mengenai transportasi, Wahyudin Karnadinata-Tonny Aprilani mengenai ekonomi, Wawan Dewanta-M Sayogo membahas pendidikan, Ridwan Kamil-Oded M Danial mengenai kesehatan, Ayi Vivananda-Nani Suryani membahas keamanan, MQ Iswara-Asep Dedy Ruyadi membahas seni dan budaya, Budi Setiawan-Rizal Firdaus membahas lingkungan, dan Bambang Setiadi-Alex Tahsin Ibrahim membahas infrastruktur.
Seusai debat kandidat, Budi Rajab menyampaikan pengamatannya kepada wartawan. "Pada umumnya, semua pasangan sama saja dalam pemaparan visi-misi. Ada dua pasangan calon yang riil programnya, lainnya masih mengawang-awang," ujar Budi, yang memprediksikan Pilwalkot Bandung kali ini berlangsung dua putaran. (TRIBUN JABAR/tom/bb)