Organ Vital Hottua Rusak
Sebanyak 17 instruktur atau pelatih Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jambi diperiksa, pasca-insiden meninggalnya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Sebanyak 17 instruktur atau pelatih Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jambi diperiksa, pasca-insiden meninggalnya dua siswa SPN, Hottua Halomoan Tampubolon dan Ferry Wahyudi, pekan lalu.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Propam Polda Jambi untuk mengungkap, apakah ada kesalahan prosedural selama siswa mengikuti pendidikan.
Kapolda Jambi Brigjen Pol Satriya Hari Prasetya mengatakan akan menindak tegas, jika diketahui adanya siswa dipukul saat mengikuti pendidikan dan kelalaian dari instruktur. Sejauh ini, lanjutnya ia belum mendapat laporan adanya tindakan pemukulan.
"Ada 17 instruktur yang sedang kita periksa. Kita masih selidiki apakah ada unsur kelalaian. Siapapun nanti akan diperiksa," kata Kapolda saat jumpa pers, Rabu (26/6/2013).
Selain melakukan pemeriksaan kepada instruktur, pihaknya juga melakukan pemeriksaan kepada sejumlah siswa yang berdekatan dengan Hottua, sebelum diketahui menghilang.
Hottua, lanjut Kapolda berada di belakang saat kegiatan lapangan sejak tiga hari dan diduga penyebab Hottua ke luar dari jalur yang telah ditentukan.
Seperti diberitakan sebelumnya, siswa kiriman dari Polda Metro Jaya ini ditemukan meninggal pada Minggu (23/6), setelah hilang sejak Jumat (21/6).
Dari pemeriksaan luar dan dalam oleh dokter forensik Polda Sumsel menyebutkan, Hottua meninggal karena suhu tinggi hingga menyebabkan kerusakan organ vital tubuh. Organ yang rusak berupa jaringan otak, hati, jantung, kantung kemih, paru dan ginjal.
"Sebab kematian (Hottua) adalah karena suhu tinggi yang menyebabkan kerusakan organ vital tubuh. Tidak ada tanda-tanda kekerasan," kata pria yang baru beberapa pekan menjabat sebagai Kapolda Jambi ini.
Menurutnya cuaca ekstrim juga bisa jadi penyebab siswa Ferry Wahyudi meninggal dunia. Disampaikan pria berkulit putih ini, cuaca saat itu mencapai 38-40 derajat celcius dari hasil pengukuran.
Sebelumnya, pada Jumat (21/6) lalu, seorang siswa Wahyudi Ferry juga tewas setelah pingsan saat latihan. Tak ingin kejadian sama terulang, pihaknya akan mengevaluasi sistem pendidikan di SPN Jambi mengingat iklim yang kurang kondusif termasuk mengurangi kegiatan di lapangan.
"Kita memang lakukan cek ulang (kesehatan) dari siswa kiriman setelah sampai ke Jambi dan memang tidak ada masalah. Kita melakukan proses sesuai dengan standar. Tapi cuaca memang sangat panas," bebernya.
Sembilan siswa lainnya saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka akan dikembalikan ke SPN setelah pulih. Belum ada perombakan di struktur SPN setelah diketahui dua siswa SPN meninggal dunia.
"Sudah saya ambil langkah diantaranya mengurangi latihan fisik dan diberikan air kepada siswa. Pemeriksaan masih berjalan dan nanti kita lihat apakah ada perombakan strukturnya," pungkasnya. (man)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.