84 Imigran Ditangkap di Pantai Selatan Garut
Sebanyak 84 imigran gelap asal Timur Tengah diamankan Polres Garut saat hendak berlayar menyeberang ke Australia dari
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Sebanyak 84 imigran gelap asal Timur Tengah diamankan Polres Garut saat hendak berlayar menyeberang ke Australia dari Pantai Selatan Garut, Sabtu (20/7/2013). Dari total 84 pencari suaka ini, 75 orang di antaranya laki-laki, 1 anak-anak, dan 8 lainnya perempuan. Kebanyakan pencari suaka ini mengaku berasal dari Iran dan Irak.
Mereka hanya bisa berbicara Bahasa Persia dan hanya sedikit yang dapat berbicara Bahasa Arab. Bahkan para pencari suaka ke Australia ini kurang fasih berbicara Bahasa Inggris.
Kapolres Garut AKBP Umar Surya Fana, mengatakan mereka ditangkap saat diangkut menggunakan tiga buah truk di Ciawi, kawasan perbatasan Kecamatan Pameungpeuk dan Cibalong, sekitar pukul 03.00. Mereka berencana menyeberang ke Pulau Christmas, Australia.
"Mereka tidak mau pakai Bahasa Indonesia. Kalau dari fisik, mereka dari Timur Tengah, cuma tidak tahu apakah dari Afghanistan, Iran, atau Palestina," kata Umar saat ditemui di Mapolres Garut, Sabtu (19/7)
Umar mengatakan para pencari suaka yang tidak memiliki dokumen keimigrasian lengkap itu, diamankan di Aula Mapolres Garut. Di aula yang tengah direnovasi tersebut, para imigran tidur beralaskan kardus di lantai. Beberapa di antaranya bahkan mencoba untuk melarikan diri.
Kapolres mengatakan masih mencari tekong atau calo yang menjual jasa untuk menyeberangkan mereka ke Australia menggunakan perahu nelayan. Tekong ini, ujar Umar, diburu karena melakukan tindak pidana. Tiga truk pengangkut imigran pun diamankan di Mapolres Garut sebagai barang bukti.
Umar mengatakan para imigran ini akan ditangani di Kantor Imigrasi dan organisasi penanganan imigrasi. Keberadaan para imigran di Mapolres, kata Umar, hanya untuk transit sebelum ditangani Kantor Imigrasi.
Seorang imigran asal Iran, Mahmud (24), mengatakan sekitar dua bulan mereka tinggal di Bogor bersama belasan warga Iran lainnya. Setelah membayar ribuan dolar kepada penyalurnya, Mahmud pun diberangkatkan ke Pantai Selatan Garut.
"Tidak ada alasan lagi untuk tinggal di Iran. Rumah dan masjid kami dibakar. Seperti diusir dari negara sendiri. Di Indonesia lebih aman, orang-orangnya baik, dan saya harap bisa berangkat ke Australia karena keluarga saya sudah banyak di sana yang menunggu," kata Mahmud.
Mahmud mengatakan dia akan bekerja sebagai pegawai industri di Australia. Mahmud mengaku memiliki kartu suaka dari PBB untuk mendapat suaka di Australia.
Imigran lainnya, Fuad (26), mengatakan dari negara asalnya, Irak, dia melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang dengan rute Uni Emirat Arab, Malaysia, dan sampai ke Jakarta. Fuad juga mengaku sempat tinggal di Bogor selama dua bulan.
"Saya menghabiskan 25 ribu Dollar Amerika untuk bisa berangkat ke Australia. Keluarga saya sudah menunggu di Australia," kata Fuad. (sam)