TRIBUNNEWS.COM, TAPAKTUAN - Karman (25), penambang emas tradisional, warga Gampong Lhok Sialang, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan, tertimbun longsor saat mengambil air di sungai dalam kawasan tambang emas tradisional kawasan Simpang Tiga Manggamat, Aceh Selatan, Senin (22/7) pagi.

Baru pada Selasa (23/7/2013) malam korban ditemukan di bawah material longsor dalam keadaan tak lagi bernyawa. Rabu kemarin jenazah dikebumikan di kampung asalnya, Lhok Sialang.

Ketua Satgas Search and Rescue (SAR) Kabupaten Aceh Selatan, May Fendri SE kepada Serambi menceritakan, Karman awalnya hendak menciduk air di sebuah alur sungai di kawasan yang tak jauh dari lokasi tambang. Tanpa jelas penyebabnya, tebing gunung tersebut longsor dan langsung menimbun korban.

“Upaya pencarian dilakukan dua hari, baru pada Selasa malam jasad korban ditemukan,” jelas May Fendri.

Selain Tim SAR, yang terlibat dalam pencarian dan evakuasi korban adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan masyarakat sekitar. Untuk menemukan jasad korban yang tertimbun longsor, dikerahkan dua unit alat berat.

“Karena reruntuhan longsor tersebut tak bisa ditangani secara manual, maka terpaksa kami minta didatangkan dua alat berat. Alhasil, korban ditemukan dan mayatnya langsung dievakuasi ke kampung asalnya,” ujar May Fendri.

Serambi mencatat, kasus meninggalnya penambang emas akibat tertimbun longsor sudah terjadi belasan kali di Aceh pascatsunami. Paling banyak terjadi di lokasi tambang mas Gunong Ujuen, Aceh Jaya, disusul di Manggamat, Aceh Selatan.

Dalam peristiwa terdahulu, penambang umumnya tewas tertimbun longsor di lubang atau di terowongan yang mereka gali sendiri. Baru kali ini ada penambang emas yang tewas karena tertimbun longsor akibat luruhnya tebing gunung yang menimbun sungai tempat korban sedang mengambil air. (taufik zass)